Suara.com - Jamu diakui sebagai warisan nenek moyang Indonesia. Sebagai negara yang kaya akan berbagai macam tumbuhan obat atau fitofarmaka, masyarakat Indonesia tak asing lagi dengan pengobatan herbal, terutama jamu.
Meski begitu, pelestarian jamu ternyata tak cukup hanya dengan mengenalkannya dari generasi ke generasi. Pengusaha sekaligus anak pemilik produk kosmetik dan jamu Martha Tilaar, Kilala Tilaar, mengatakan pelestarian jenis jamu obat herbal atau fitofarmaka perlu adanya dukungan dari dokter.
"Untuk fitofarmaka menjadi sukses, karena biayanya mahal, perlu endorsement dari dokter. Sekarang, sudah banyak dokter mau terima jamu, tapi belum banyak," kata Kilala ketika ditemui usai acara Bursa Hilirisasi Industri Herbal Indonesia 2020 di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2020).
Namun diakui Kilala, tidak mudah untuk bisa ber-partner dengan dokter. Karenanya, ia mengusulkan agar materi terkait jamu sebaiknya diajarkan di perguruan tinggi.
Baca Juga: Ratusan WNI di Natuna Dipulangkan, Menkes Terawan: Jangan Lupa Minum Jamu
Ia mencontohkan seperti yang terjadi di China, di mana selama beberapa semester calon dokter harus mendalami obat-obatan tradisional negaranya sendiri.
"Sehingga jadi satu, bukan terpisah lagi antara obat sintetis dan herbal. Kalau generasi muda sudah mulai menerima jamu sejak mereka kuliah, maka industri akan jauh lebih pesat berkembang. Lebih maju kalau lebih banyak orang mengenal dan melakukan research lebih baik. Kalau sekarang fitofarmaka sudah mahal, rugi. Makanya perlu endorsement dokter. Makanya kalau mau, dibangun dari sistem pendidikan," ucap Kilala.
Namun Kilala pun mengakui bahwa tak mudah untuk mewujudkan rencana tersebut. Perlu adanya dukungan dan kerjasama dari pemerintah.
"Tapi memang harus gerak cepat. Karena jamu harus kita lestarikan. Ini warisan nenek moyang. Memang harus kita dalami dan buktikan secara scientific," tutupnya.
Baca Juga: Pemerintah Kembangkan Wisata Kebugaran dan Jamu Asli Indonesia, Kayak Apa?