Heboh Soal Dysphoria Gender Lucinta Luna, Penyakit Ini Bisa Memicu Depresi

Jum'at, 14 Februari 2020 | 10:07 WIB
Heboh Soal Dysphoria Gender Lucinta Luna, Penyakit Ini Bisa Memicu Depresi
Ilustrasi transgender. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dysphoria gender yang dialami oleh Lucinta Luna menjadi perbincangan di tengah kasus narkobanya. Gangguan identitas gender ini banyak dialami oleh transgender atau orang yang tidak sesuai gendernya.

Gangguan identitas gender ini membuat seseorang merasa tidak nyaman atau tertekan, karena identitas gendernya berbeda dengan jenis kelaminnya sejak lahir.

Tetapi dilansir dari Web MD, dysphoria gender ini sulit untuk diobati. Orang dengan dysphoria gender memiliki tingkat kondisi mental yang lebih tinggi.

Beberapa peneliti memperkirakan sekitar 71 persen orang dengan dysphoria gender akan mengalami masalah kesehatan mental lain di dalam hidupnya. Masalah kesehatan mental ini termasuk gangguan mood, gangguan kecemasan, skizofrenia, depresi, penyalahgunaan zat, gangguan makan hingga upaya bunuh diri.

Baca Juga: Jangan Sembarangan, Konsumsi 5 Makanan Ini Tidak Tepat Waktu Bisa Berbahaya

Sebenarnya dysphoria gender disebut sebagai gangguan kejiwaan masih menjadi kontroversial. Tetapi dilansir dari Aappublications.org, kondisi ini memang sering berkaitan dengan masalah kesehatan mental lainnya.

Artis Lucinta Luna berpose saat berkunjung di kantor Redaksi Suara.com, Jakarta, Kamis (20/12).  [Foto/Suara.com]
Artis Lucinta Luna berpose saat berkunjung di kantor Redaksi Suara.com, Jakarta, Kamis (20/12). [Foto/Suara.com]

Selain masalah kesehatan mental yang disebutkan sebelumnya, dysphoria gender juga bisa menyebabkan distres atau gangguan signifikan secara klinis dalam bidang fungsi sosial, pekerjaan dan lainnya.

Dysphoria gender dimanifestasikan dalam berbagai cara, termasuk keinginan kuat untuk diperlakukan sebagai jenis kelamin lain atau menghilangkan karakteristik jenis kelamin seseorang.

Banyak kasus, anak-anak yang mengalami dysphoria gender tidak mengungkapkan perasaannya sampai masa remaja. Sekitar 80 persen anak-anak pun memenuhi kriteria untuk dysphoria gender justru mengembangkan orientasi non-heteroseksual saat remaja.

Dokter anak pun menyarankan agar seseorang segera mencari bantuan medis ketika mengalami dysphoria gender. Bahkan keluarganya juga membutuhkan konseling untuk mendukung anak-anak yang mengalami gangguan identitas gender.

Baca Juga: 5 Tanda Penyakit yang Sering Salah Diagnosis, Coba Cek Sekarang!

Karena, dukungan orangtua pada anaknya yang mengalami dysphoria gender bisa mengurangi risiko mereka melakukan bunuh diri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI