32 Hari Terombang Ambing di Samudra Pasifik, 4 Orang Ini Hanya Makan Kelapa

Kamis, 13 Februari 2020 | 15:53 WIB
32 Hari Terombang Ambing di Samudra Pasifik, 4 Orang Ini Hanya Makan Kelapa
Ilustrasi terombang ambing di atas kapal (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada Desember lalu, tepatnya sebelum natal, ada sebuah kapal membawa 12 orang dari Papua Nugini. Namun sayangnya, kapal tersebut terbalik dan menewaskan 8 penumpangnya.

Empat penumpang lainnya yang terdiri dari seorang wanita, anaknya yang masih 12 tahun, seorang pria 20 tahun, dan pria lain bernama Dominic Stally (satu-satunya orang yang telah diidentifikasi sejauh ini) selamat dan mengapung di Samudra Pasifik.

Diketahui kapal tersebut berangkat dari Buka, di provinsi Bougainville, pada 22 Desember untuk menghabiskan liburan di Kepulauan Carteret. Sebuah kepulauan yang memiliki jarak 60 mil.

Namun di tengah perjalanan, kapal terbalik dan menenggelamkan beberapa penumpang, termasuk seorang bayi.

Baca Juga: 174 Orang di Kapal Diamond Princess Terinfeksi Virus Corona, Ada WNI?

Sebelum tersisa empat orang, penumpang lain yang sempat selamat diketahui meninggal di atas kapal, yang sebelumnya telah mereka fungsikan kembali.

Ilustrasi kelapa (Shutterstock)

Mereka yang selamat mencoba membantu yang lainnya, tapi gagal, kata Stally.

"Kami tidak bisa melakukan apapun dengan jasad mereka. Kami hanya bisa melepaskan mereka ke laut," kata Stally, dilansir dari Insider.

"Sepasang suami istri meninggal dan meninggalkan bayi mereka. Akulah yang memegang bayi itu, tapi kemudian bayinya meninggal juga. Aku benar-benar sedih, tetapi tidak ada lagi yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan mereka," sambungnya.

Beberapa kali Stally melihat kapal nelayan lewat, namun mereka terlalu jauh untuk melihat kapalnya, kata Stally. Akhirnya seorang nelayan melihat kapalnya pada 23 Januari.

Baca Juga: Kemenkes Pastikan WNI di Kapal Pesiar Jepang Dinyatakan Bersih dari Corona

"Kami dijemput oleh kapal nelayan yang dekat dengan Kaledonia Baru dan kami ditahan dan diberi makan di kapal," kata Stally. Mereka kemudian diturunkan di Honiara, ibukota Kepulauan Solomon, pada 8 Februari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI