Terapi Hormon Transgender Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental, Benarkah?

Kamis, 13 Februari 2020 | 14:18 WIB
Terapi Hormon Transgender Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental, Benarkah?
Ilustrasi transgender. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Terapi hormon transgender merupakan terapi yang memberikan hormon seks dan obat-obatan hormonal lainnya kepada transgender maupun orang yang memiliki variansi gender. Terapi ini juga disebut terapi hormon lintas seks.

Transgender harus melakukan terapi hormon ini agar karakteristik seksual sekundernya menjadi lebih sesuai dengan identitas gender yang diinginkan.

Terapi hormon pada pria dan wanita transgender ini sebagai bagian dari proses transisi mereka. Dilansir dari Amegroups.com, testosteron eksogen digunakan pada pria transgender untuk menginduksi virilisasi dan menekan karakteristik feminisasi.

Sedangkan wanita transgender akan mendapat terapi hormon estrogen eksogen untuk membantu feminisasi pasien dan anti-androgen digunakan untuk membantu menekan sisi maskulinnya.

Baca Juga: Hamil Cepat setelah Alami Preeklamsia Bisa Memicu Kelahiran Prematur

Namun, terapi hormon ini tidak bisa dilakukan sembarang. Terapi hormon cross-sex telah terbukti memiliki efek fisik dan psikologis pada individu.

Asosiasi Profesional Dunia untuk Kesehatan Transgender (WPATH) pun menyarankan terapi hormon dilakukan setelah penilaian psikososial dari individu selesai. Dalam hal ini, pasien sudah mendapat rujukan dari profesional kesehatan mental yang berkualifikasi.

Ilustrasi hormon. (Sumber: Shutterstock)
Ilustrasi hormon. (Sumber: Shutterstock)

Sebab, terapi hormon ini akan memengaruhi emosional dan psikologi laki-laki atau perempuan yang berlawanan dengan jenis kelamin biologis seseorang.

Beberapa pasien mungkin membutuhkan perawatan kesehatan mental tambahan karena melakukan terapi hormon lintas seks.

Selain itu dilansir oleh NBC News, mereka yang menjalani terapi hormon lebih berisiko tinggi mengalami masalah kardiovaskular, seperti stroke, pembekuan darah dan serangan jantung. Kondisi ini paling berisiko pada wanita transgender.

Baca Juga: Irish Bella Hamil Lagi setelah Alami Preeklamsia, Adakah Risikonya?

Penelitian telah membuktikan dengan meninjau catatan medis dari 5.000 pasien transgender selama 8 tahun. Mereka mengamati pasien di atas usia 18 tahun yang menggunakan hormon untuk transisi gender.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI