Suara.com - Diisolasi karena Corona Covid-19, Perawat Ajak Pasien di Wuhan Joget Bareng
Kota Wuhan di provinsi Hubei, China, sedang diisolasi terkait wabah virus Corona Covid-19 yang merajalela di China. Pasien pun dirawat di rumah sakit khusus agar tidak menularkan penyakitnya ke orang lain.
Di tengah-tengah isolasi ini, sekelompok orang terlihat berdansa dan joget dengan gembira. Liukan tangan dan langkah kaki yang gemulai oleh para pasien dan tenaga kesehatan yang menggunakan masker dan baju pelindung menjadi kombinasi yang unik.
"Kami harap ini bisa membangkitkan atmosfer agar pasien lebih aktif, dengan melakukan olahraga pernapasan dan berjoget sesekali," tutur Chen Xiaoyan, Kepala Perawat di RS Zhongnan, Universitas Wuhan, dilansir Reuters dari China News Service, Rabu (12/2/2020).
Baca Juga: Pakar UGM: Wabah Virus Corona Wuhan Peluang Mandiri Bawang Putih
Kegiatan ini dilakukan di lapangan rumah sakit pada Senin (10/2/2020) waktu setempat. Para pasien dan tenaga kesehatan berjoget sembari menyanyikan lagu 'Bunga Merah' yang bisa memberikan mereka semangat.
"Pasien rentan mengalami mood jelek karena dirawat di rumah sakit dalam waktu lama. Selain itu, banyak dari mereka yang harus tinggal dalam satu kamar dan masih merasa canggung," tutur Chen menjelaskan alasan kegiatan ini dilakukan.
Sebelumnya diberitakan, Jumlah kematian akibat epidemi virus corona baru terus melonjak menjadi 1.110 nasional, hingga hari Rabu (12/2/2020) di seluruh China. Data itu setelah otoritas kesehatan di Provinsi Hubei melaporkan 94 kematian baru.
Dilansir dari Channel News Asia, dalam laporan hariannya, komisi kesehatan di Hubei juga mengkonfirmasi ada 1.638 kasus baru di daerah provinsi tempat wabah virus corona itu muncul pada bulan Desember 2019 lalu.
Dari data itu, hingga kini, ada lebih dari 44.200 kasus yang dikonfirmasi di seluruh China, berdasarkan angka yang dikeluarkan sebelumnya dari pemerintah.
Baca Juga: WHO Akui Indonesia Mampu Merespons Wabah Virus Corona dari Wuhan
umlah sebaran kasus inveksi baru yang tercatat 1.068 kasus hingga Selasa, terpantau turun dari puncaknya yang mencapai 3.000 kasus baru pada 4 Februari. Jumlah terkini itu disebut sebagai data terendah infeksi baru sejak 1.347 yang dilaporkan pada 31 Januari.
Oleh WHO, virus corona baru itu secara resmi diberi nama "COVID-19" pada sebuah konferensi di Jenewa.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, bahwa meskipun 99 persen kasus berada di China, namun memiliki ancaman yang sangat besar bagi seluruh dunia. Dia mendesak negara-negara untuk berbagi data untuk meneliti lebih lanjut penyakit ini.