Suara.com - Per 6 Febuari 2020, korban meninggal akibat virus corona sudah mencapai lebih dari 600 orang dan telah menginfeksi lebih dari 31 ribu orang di seluruh dunia.
Para ahli pun memperkirakan wabah virus corona ini akan berhenti pada Mei 2020 mendatang. Hal ini berkaitan dengan cuaca di China saat Mei 2020.
Dalam ssebuah tulisan untuk CNA dilansir oleh World of Buzz, dua ahli di Singapura, Asisten Profesor Jyoti Somani dan Profesor Paul Ananth Tambyah dari Sekolah Kedokteran Nasional Yong Loo Lin telah mengungkapkan prediksi mereka.
1. Iklim dan cuaca memengaruhi penyebaran virus
Baca Juga: YKI Soroti Angka Kanker Paru-paru Meningkat Drastis
Para ahli mengatakan wabah virus corona 2019-nCoV ini mirip dengan infeksi influenza dan SARS yang memiliki pola musiman. Ketika memasuki musim panas pada Mei 2020, suhu di China akan naik dan jumlah kasus virus corona kemungkinan akan menurun tajam.
Karena, suhu iklim yang meningkat itulah memengaruhi penyebaran virus corona di China. Biasanya, musim penyakit flu akan dimulai pada bulan Desember dan mencapai puncaknya pada Januari atau Febuari di daerah yang beriklim sedang. Setelah itu, kasus orang sakit flu akan berkurang.
Menurut mereka ada beberapa faktor yang memengaruhi infeksi virus, seperti kekeringan udara, suhu udara dan radiasi sinar ultraviolet dari matahari.
Mereka meyakini prediksi soal virus corona ini kemungkinan besar benar, karena wabah SARS juga berhenti ketika musim panas 2013 lalu. Saat itu angka kasus SARS mulai menurun drastis.
2. Kontak dekat dengan orang lain selama musim dingin
Baca Juga: Metode Terbaru Skrining Kanker Serviks, Lebih Murah dan Akurat
Kala cuaca dingin, orang cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan dan memiliki kontak dekat dengan orang lain.