Prosedur ini dilakukan untuk menghubungkannya ke suplai darah penerima dan jaringan pendukung yang melekat pada panggul untuk mengamankan organ pada tempatnya.
Setelah operasi, pasien harus minum obat untuk mencegah sistem kekebalan tubuhnya menolak organ baru. Bahkan pasien masih harus menunggu setahun sebelum mencoba hamil dengan fertilitas in vitro, yang mana sel telur dibuahi dalam tabung reaksi dan ditanamkan di dalam rahim.
Orang yang hamil berkat transplantasi rahim juga harus menjalani persalinan caesar. Karena, rahim transplantasi mungkin lebih rapuh untuk menjalani persalinan normal.
Selain itu, orang yang memiliki transplantasi rahim mungkin hanya bisa mempertahankannya selama satu hingga dua kehamilan. Kemudian, dokter perlu mengangkatnya kembali sehingga pasien bisa berhenti minum obat.
Baca Juga: Update Virus Corona di Indonesia: 40 Orang Negatif, 2 Masih dalam Observasi
Meskipun transplantasi rahim bisa dilakukan, prosedur ini tetap memiliki risiko infeksi. Selain itu, minum obat anti-penolakan organ juga bisa membahayakan janin jika pasien bisa hamil.