Rutin Makan Pare Bisa Cegah Penyakit Kanker, Mitos atau Fakta?

Rabu, 05 Februari 2020 | 06:25 WIB
Rutin Makan Pare Bisa Cegah Penyakit Kanker, Mitos atau Fakta?
Ilustrasi pare yang disebut bisa mencegah kanker. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rutin Makan Pare Bisa Cegah Penyakit Kanker, Mitos atau Fakta?

Hari Kanker Sedunia yang jatuh setiap 4 Februari membuat kesadaran tentang penyakit kanker meningkat, termasuk cara pencegahannya.

Beberapa waktu belakangan, muncul pesan broadcast hingga informasi di media sosial yang menyebut kanker bisa dicegah dengan rutin makan pare. Rasa pahit pahe disebut ampuh melawan sel-sel kanker sehingga tidak bermutasi di tubuh. Mitos atau fakta?

Ahli Hematologi Onkologi Medik dari RS Cipto Mangunkusumo, Dr. dr. Ikhwan Rinaldi Sp. PD-KHOM, tidak bisa membenarkan hal tersebut. Dikatakannya, klaim manfaat pare untuk mencegah kanker ini belum ada penelitian ilmiah yang dilakukan dengan jelas.

Baca Juga: Gerhana Matahari Cincin Berbahaya Bagi Ibu Hamil, Mitos atau Fakta?

Ia hanya mendengar sepintas bahwa segala sesuatu yang pahit adalah obat, dan pare masuk dalam anggapan itu.

"Katanya segala yang pahit adalah obat, pare adalah yang paling pahit, sehingga obat. Bukan begitu menentukan sesuatu sebagai obat, nggak mudah loh,(menentukan sesuatu sebagai obat)," ujar Dr. Ikhwan beberapa waktu lalu di Jakarta.

Sudah dipastikan kanker adalah sel yang hidup dan bisa bisa berkembang dan tumbuh. Kata Dr. Ikhwan tidak etis jika melakukan pengobatan yang belum terbukti kebenarannya terhadap sesuatu yang terus berkembang.

"Kanker itu adalah sel hidup bernyawa seolah-seolah, jadi bisa tumbuh, bisa pergi ke mana-mana, apakah rasional melakukan pengobatan untuk sesuatu yang hidup dengan sesuatu yang belom pasti," paparnya.

Lantas bagaimana jika pengobatan tradisional disatukan dengan pengobatan medis kedokteran?

Baca Juga: Susu Hanya untuk Anak-anak, Mitos atau Fakta?

Ilustrasi kanker (Pixabay/PDPics)
Ilustrasi kanker (Pixabay/PDPics)

Sebenarnya kata Dr. Ikhwan itu tidak jadi masalah, tapi yang dikhawatirkan kita akan bingung menilai mana pengobatan yang paling efektif. Syukur-syukur jika berefek menyembuhkan, tapi jika efeknya memperburuk, lalu obat mana yang bertanggung jawab, kita tidak bisa tahu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI