Semangat Nasionalisme, Menristek Dukung Riset Obat Modern Asli Indonesia

Kamis, 30 Januari 2020 | 16:29 WIB
Semangat Nasionalisme, Menristek Dukung Riset Obat Modern Asli Indonesia
Rakornas Kemenristek dukung pengembangan obat modern asli Indonesia. (Suara.com/M. Yasir)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Semangat Nasionalisme, Menristek Dukung Riset Obat Modern Asli Indonesia

Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati memiliki modal untuk mengembangkan industri obat modern asli Indonesia. Riset terhadap pengembangan obat ini nyatanya didukung penuh oleh Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional.

Menristek sekaligus Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro, mengaku akan mendorong adanya pengembangan obat modern asli Indonesia yang berasal dari keanekaragaman hayati khas tanah air. Bambang berharap ekstraksi dari kekayaan biodiversitas tanah air tidak hanya berhenti pada obat herbal terdaftar.

Bambang menyampaikan pihaknya mendorong adanya obat modern asli Indonesia yang memang telah melalui uji klinis.

Baca Juga: Jadi Kuntilanak, Asmara Abigail Riset Penderita Gangguan Jiwa

"Dari kami komunitas riset untuk bidang kesehatan mungkin kita dorong yang ada semangat nasionalismenya, yakni obat modern asli Indonesia," kata Bambang, dalam acara Rakornas 2020 Kemristek/BRIN di Gedung Graha Widya Bhakti Puspiptek, Serpong, Tanggerang Selatan, Kamis (30/1/2020).

Menurut Bambang, selain sektor pertanian, sektor kesehatan secara kualitas dan kuantitas memang merupakan sektor yang paling menonjol dari kegiatan penelitian yang ada di Indonesia. Sejauh ini, kata dia, penelitian kesehatan utamanya terkait obat.

"Penelitian kesehatan memang utamanya pada obat. Karena, Manusia secara natural akan mencari jalan sebaik mumgkin untuk menyehatkan dirinya. Selain Germas [Gerakan Masyarakat Sehat] mau tidak mau, kita masih harus berkutat pada masalah obat," ujarnya.

Kendati begitu, Bambang tak memungkiri bahwa obat-obatan yang ada di Indonesia sebagian besar merupakan impor. Hal itu lah yang menurutnya menjadi kegelisahan di komunitas ilmuan kesehatan dan kedokteran.

"Kalau secara generalisasi, saat ini sekitar 90 persen atau bisa dibilang mayoritas (obat) itu masih impor. Kemudian ini lah yang menimbulkan kegelisahan pada banyak pihak pelakunya, terutama pada ilmuan di bidang kedokteran dan farmasi," katanya.

Baca Juga: Riset Psikolog: Kerja Keras, Jurnalis Indonesia Rawan Kena Gangguan Jiwa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI