Gelisah dan Cemas Karena Virus Corona? Psikolog Beri Tips Menenangkan Diri

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 30 Januari 2020 | 07:55 WIB
Gelisah dan Cemas Karena Virus Corona? Psikolog Beri Tips Menenangkan Diri
Ilustrasi lelaki panik dan cemas. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gelisah dan Cemas Karena Virus Corona? Psikolog Beri Tips Menenangkan Diri

Kabar virus corona Wuhan yang sudah terdeteksi di Singapura dan Malaysia membuat masyarakat Indonesia resah. Apalagi, virus corona sudah menginfeksi hampir 6.000 orang dengan 132 di antaranya meninggal dunia.

Dalam situasi di mana berita seputar penyakit bisa membuat seseorang merasa gelisah dan cemas, kira-kira cara apa yang bisa kita lakukan supaya bisa menenangkan diri?

Psikolog dari Klinik Personal Growth, Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog, menyebut ada beberapa tips yang bisa dilakukan. Pertama, adalah dengan tidak mudah memercayai berita seputar virus corona yang disebarkan tanpa sumber yang jelas.

Baca Juga: Heboh Guru Sebut Muridnya "Lonte", Psikolog Anak Ungkap Dampaknya!

"Update terhadap situasi yang ada melalui sumber-sumber informasi terpercaya, namun bukan berarti larut dalam kepanikan atau ketakutan dengan selalu mencari tahu hingga mengganggu produktivitas," tutur Gracia saat dihubungi Suara.com, baru-baru ini.

Gracia mengatakan, mencari tahu informasi dan atau berkonsultasi dengan pihak yang dapat dipercaya merupakan langkah untuk membantu kita menilai situasi tersebut dengan tepat dan cermat.

Dibandingkan larut dalam rasa takut dan cemas, hal ini bisa membuat seseorang lebih fokus pada langkah konkrit dan positif yang bisa dilakukan untuk menghadapi situasi tersebut.

Ilustrasi hoaks. (Shutterstock)
Ilustrasi hoaks. (Shutterstock)

"Misalnya, terkait seputar virus yang sedang menjadi perhatian seluruh masyarakat, kita dapat lebih fokus pada hal preventif yang bisa dilakukan sesuai anjuran dari tenaga ahli kesehatan," ujarnya lagi.

Terakhir, ia meminta masyarakat untuk tidak menyebarkan informasi yang belum terjamin kebenaran dan sumbernya. Sebab, hal tersebut memicu kepanikan atau kesalahan pemahaman bagi orang lain.

Baca Juga: Riset Psikolog: Kerja Keras, Jurnalis Indonesia Rawan Kena Gangguan Jiwa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI