Suara.com - Mononukleosis atau dikenal dengan penyakit berciuman yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV) disebut dapat meningkatkan peluang penyakit lupus dan enam gangguan autoimun lain.
Hal tersebut dikemukakan dalam sebuah studi yang dilakukan oleh John Harley, seorang rheumatologist di Pusat Medis Rumah Sakit Anak Cincinnati, Ohio.
Menurut penelitiannya, virus Epstein-Barr (EBV) dapat menyebabkan perubahan ekspresi gen seseorang.
"Pekerjaan ini mengubah paradigma dalam cara kita berpikir tentang kerentanan genetik dan interaksi antara risiko genetik dan lingkungan," kata Amr Sawalha, seorang ahli genetika dan reumatologi di University of Michigan di Ann Arbor, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Baca Juga: WHO Minta Maaf Telah Salah Menilai Risiko Virus Corona Wuhan
Dilansir Sciencemaf.org, sebenarnya para ilmuwan telah mengetahui selama beberapa dekade bahwa EBV juga terkait dengan beberapa gangguan autoimun, termasuk multiple sclerosis dan rheumatoid arthritis.
Anak-anak yang terinfeksi EBV juga 50 kali lebih mungkin mengembangkan lupus.
Studi ini adalah yang pertama menunjukkan mekanisme bagaimana faktor lingkungan seperti infeksi mengubah risiko genetik untuk membuat beberapa orang lebih rentan terhadap penyakit radang daripada lainnya, kata Sawalha.
Tetapi beberapa peneliti menginginkan bukti lebih nyata karena penelitian ini mengandalkan asosiasi dari kumpulan data besar.
"Tunjukkan biologisnya padaku," kata George Tsokos, seorang rheumatologist di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston. Meski demikian, Tsokos menyebut karya ini sebagai 'perubahan paradigma'.
Baca Juga: Berhenti Mengonsumsi Satwa Liar! Pakar Sebut Ada 1,7 Juta Virus Mengancam
Ini menyiratkan, vaksin EBV, jika dikembangkan, dapat mencegah tidak hanya mononukleosis, tetapi banyak gangguan lain, mirip dengan cara vaksin human papillomavirus mengurangi risiko kanker serviks.
Temuan ini juga menunjukkan potensi terapi baru untuk lupus dan penyakit autoimun lainnya.