Suara.com - Virus corona yang bermula di Wuhan, China, sedang menjadi pemberitaan utama. Dilaporkan angka kematian dan jumlah kasus infeksi terus meningkat. Sehubungan dengan itu, bertebaran pula teori konspirasi virus corona di media sosial.
Teori konspirasi yang menyebar di media sosial menyebut bahwa virus corona merupakan senjata biologis dari laboratorium yang bocor.
Posting mengklaim bahwa paten untuk coronavirus diajukan pada 2015 dan diberikan pada 2018. Bahkan dikatakan virus tersebut vaksinnya sendiri sudah tersedia.
Meski banyak dipercaya, nyatanya teori tersebut jauh dari kebenaran karena paten yang dirujuk melibatkan virus lain.
Baca Juga: Penyebaran Virus Corona Ancam Kejuaraan BATC 2020, Begini Sikap PBSI
Bantahan tersebut dikemukakan oleh laporan di FactCheck.org, salah satu organisasi yang bekerja dengan Facebook untuk menghilangkan hoax yang dibagikan di media sosial.
Laporan tersebut menyatakan bahwa belum ada vaksin yang tersedia untuk coronavirus dan tidak ada paten yang terkait dengan virus baru.
Ditemukan bahwa semua pos yang ditautkan dengan paten yang terkait dengan dua virus berbeda dalam keluarga coronavirus.
"Tidak satu pun dari ini ada hubungannya dengan virus 2019-nCoV baru. Ini jelas itu teori palsu bahwa virus ini dibuat di laboratorium, dipatenkan dan sudah dibuat vaksinnya," kata Matthew Frieman, seorang peneliti coronavirus di University of Maryland, menjelaskan dalam email.
Para peneliti masih berupaya memahami asal-usul, penyebaran, dan tingkat keparahan virus corona terbaru. Wabah dimulai pada awal Desember di Wuhan , sebuah kota dengan sekitar 11 juta orang di Cina tengah.
Baca Juga: Hadapi Virus Corona, Cina Akan Bangun Rumah Sakit Selesai Dalam 6 Hari
Bukti menunjukkan bahwa virus tersebut kemungkinan menular ke manusia dari hewan yang belum teridentifikasi, seperti yang telah terjadi di masa lalu untuk coronavirus lainnya.
Adapun untuk vaksin, pengembangan vaksin masih dalam tahap awal dan belum tentu siap digunakan dalam hitungan bulan.