Suara.com - Virus Corona Wuhan: Ancaman dari Pasar Ikan yang Berbahaya Bagi Kesehatan Dunia?
Wabah virus corona baru dari Wuhan, China menjadi ancaman baru bagi kesehatan penduduk dunia. Dalam waktu tak sampai satu bulan, ada 800 orang terinfeksi penyakit ini, dengan sedikitnya 25 orang meninggal dunia.
Pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, China bagian tengah, virus corona baru ini sempat disebut sebagai penyakit pneumonia misterius. Sebab meski gejalanya mirip pneumonia pada umumnya, penyebab penyakit ini masih belum diketahui dengan, bahkan hingga saat ini.
Kantor berita resmi China, Xinhua, melaporkan gelombang pertama pasien dicurigai adalah orang-orang yang berinteraksi di pasar ikan Wuhan. Selain menjual makanan dan hewan dari laut, pasar ini juga diketahui menjual daging hewan eksotik seperti rakun, ular, hingga kelelawar.
Baca Juga: Ruang Isolasi 1 Pasien Suspect Virus Corona di RSPI Jakarta Dijaga Ketat
Bahkan baru-baru ini, beredar foto yang memperlihatkan bagaimana sup kelelawar dijual dengan bebas di pasar ikan Wuhan. Para ilmuwan menyebut, kelelawar bisa saja menjadi pembawa virus alami ini sebelum akhirnya menginfeksi manusia.
"Pembawa alami virus corona Wuhan kemungkinan adalah kelelawar. Tetapi antara kelelawar dan manusia mungkin ada perantara yang tidak diketahui," tulis para peneliti dari Komite Kesehatan China.
Di sisi lain, ilmuwan di Universitas Peking juga mengklaim bahwa virus corona wuhan ditularkan ke manusia dari kelelawar melalui ular. Diduga, ular memakan kelelawar yang merupakan pembawa virus. Setelah itu, manusia memakan ular yang memang jadi sajian tradisional di China.
Bukan Lagi Pneumonia Misterius
Sebelum mendunia, corona virus baru dari Wuhan disebut sebagai pneumonia misterius. Namun kekinian, novel coronavirus dan 2019-nCoV menjadi nama resmi penyakit yang menyerang saluran pernapasan ini.
Baca Juga: 4 Fakta Menarik Kota Wuhan di China, Lokasi Bermulanya Virus Corona!
Secara karakteristik, virus corona ini mirip dengan SARS dan Ebola yang juga diyakini berasal dari kelelawar. Penelitian kerjasama antara Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, People's Liberation Army (PLA) dan Institut Pasteur Shanghai menemukan virus ini memiliki ikatan kuat yang mengikat dengan protein manusia yang disebut ACE2.
Para peneliti mengatakan bahwa protein pengikat ini memiliki kemiripan yang tinggi dengan virus SARS yang membunuh hampir 800 orang dan menginfeksi 8.000 orang di seluruh dunia pada tahun 2002-2003.
Ingin tahu lebih dalam tentang virus corona wuhan, simak di halaman selanjutnya ya!
Meski begitu, pakar penyakit tropik dan infeksi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Cipto Mangunkusumo, Dr dr Erni J. Nelwan, Sp.PD-KPTI, FACP, FINASIM, Ph.D, menyebut keganasan 2019-nCoV lebih rendah daripada saudaranya, SARS dan MERS.
Dilihat dari fatalitas atau angka kematiannya, virus corona wuhan ini belum masuk kategori yang mematikan karena dari 830 orang yang terinfeksi, angka kematiannya 25 orang. Bisa dibilang mematikan jika contoh angka perbandingannya seperti 77 orang meninggal dari 100 orang yang terjangkit.
"Tidak (mematikan), apalagi ini bukan human corona sebenernya, kalau human corona rata-rata lebih agresif, lebih cepat meninggalnya, kalau ini nggak sebenernya," ujar Dr. Erni di Sekretariat PB IDI, Jakarta Pusat, Jumat (24/1/2020).
Sayangnya meski dikategorikan tidak mematikan, hingga saat ini belum ada obat maupun vaksin yang bisa mencegah infeksi 2019-nCoV. Meski menyebabkan penyakit dengan gejala pneumonia, penhyakit ini tidak bisa dicegah dengan vaksin pneumonia biasa.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI, dr Anung Sugihantono, M.Kes, mengatakan pneumonia yang umumnya terjadi di Indonesia disebabkan oleh bakteri Streptococcus, Staphylococcus, Legionella, dan lain-lain. Sehingga, penanganan dan pencegahannya pun berbeda dan tak bisa disamakan.
"Saya ditanyakan juga apakah vaksin pneumonia yang ada bisa digunakan untuk mencegah nCoV ketika ingin ke China. Jawabannya ya tidak bisa karena penyebabnya saja tidak sama," tutur dr Anung dalam temu media di Kemenkes, Senin (20/1/2020).
Pola Penyebaran dan Pengaruh Libur Imlek
Ada alasan khusus mengapa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan virus corona wuhan ini sebagai ancaman kesehatan global. Dengan adanya libur Imlek atau Tahun Baru China, maka risiko penularan virus corona tidak hanya mengancam 1,4 miliar penduduk China, namun juga negara-negara lain di dunia.
Berdasarkan data WHO, setidaknya ada 7 negara selain China yang melaporkan adanya kasus virus corona positif, di antaranya adalah Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Vietnam, Singapura, dan Amerika Serikat.
Seluruh kasus positif memiliki riwayat bepergian dari China, warga negara China yang sedang berlibur, atau melakukan kontak dengan pasar ikan di Wuhan.
Untuk mencegah penularan meluas, pemerintah China bahkan menutup akses transportasi di kota Wuhan dan Provinsi Hubei.
Bahkan, semua kegiatan masyarakat di China, termasuk perayaan Hari Raya Imlek dan Jumatan, ditiadakan untuk menghindari meluasnya wabah 2019-nCoV. Semua kegiatan masyarakat terkait perayaan Tahun Baru Imlek di tempat-tempat terbuka ditiadakan agar penularan virus corona wuhan mematikan itu tidak makin meluas.
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah China tersebut berlaku efektif per 24 Januari 2020 pukul 00.00 waktu setempat.
Ingin tahu respons pemerintah Indonesia tentang virus corona wuhan, simak di halaman selanjutnya ya!
Respons dan Kesiapan Pemerintah Indonesia
Merebaknya wabah 2019-nCoV tentu saja membuat pemerintah Indonesia waspada. Dalam satu kesempatan, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengaku Indonesia sudah siap menghalau masuknya penyakit ini ke Indonesia.
Namun kabar penularan virus corona wuhan yang sudah mencapai Singapura tak pelak sempat membuat panik. Bahkan pada Kamis (23/1/2020) muncul isu yang menyebut karyawan PT Huawei Indonesia dilarikan ke rumah sakit karena virus corona.
Kabar tersebut membuat lokasi kantor PT Huawei di Gedung BRI II, Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, mengalami isolasi sementara.
Ketika dikonfirmasi terkait kabar ini, Menkes Terawan menepis dengan tegasnya. Menurutnya hingga berita ini dibuat, belum ada kasus positif virus corona wuhan di Indonesia. Ia bahkan mendatangi kantor PT Huawei di Gedung BRI II untuk membuktikan hal tersebut.
"Jangan bikin pernyataan kalau bukan kapasitasnya, kami dari Kementerian Kesehatan, kita cek. Makanya tunggu Menteri Kesehatan yang akan berikan pernyataan setelah mengecek semua dengan detail, tidak boleh membuat pernyataan apapun. Masa orang dilihat doang sudah bisa pastikan (sakit karena virus Corona). Aku selama jadi dokter tidak pernah begitu," tegasnya.
Pada Jumat (24/1) pagi, Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso mengonfirmasi adanya satu pasien yang dicurigai atau suspect virus corona wuhan.
"Ada satu orang pasien dengan suspect tetapi kondisi saat ini masih stabil dan tidak ada perburukan. belum dinyatakan sebagai newcorona," ujar Direktur Medik dan Perawatan RSPI Sulianti Saroso, Diany Kusumawardhani kepada wartawan.
Kabar serupa juga diterima dari RSUP Sanglah, Denpasar, Bali. Diketahui ada pasien dari Meksiko dan China yang mengalami demam dan batuk, dan dicurigai mengidap corona virus baru.
"Hasilnya sudah datang dari Jakarta dan hasilnya negatif untuk yang dari Meksiko ini, rencananya akan dipulangkan oleh dokternya yang merawat dan diperbolehkan rawat jalan, sedangkan dua lainnya masih menunggu hasil laboratorium," kata Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Sanglah Dr dr I Ketut Sudartana dihubungi di Denpasar, Jumat (24/1/2020), dilansir Antara.
Gejala dan Pencegahan Virus Corona Wuhan
Virus corona sebagai salah satu virus mematikan memiliki gejala infeksi yang mirip seperti pneumonia. Gejalanya mulai dari masalah pernapasan, kesulitan bernapas, demam, batuk, gagal ginjal, sindrom pernapasan akut dan kematian.
Virus ini sangat rentan menyerang orang lanjut usia dan anak muda yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
Dalam kasus penularan dari manusia ke manusia, virus corona ini bisa menyebar melalui batuk, bersin, kontak pribadi dengan orang yang terinfeksi, menyentuh permukaan tubuh penderita (mulut, hidung atau mata), dan kontaminasi tinja.
Dokter Erlina Burhan SpP(K) dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia mengatakan, cara termudah mencegah infeksi virus corona adalah dengan melakukan gaya hidup bersih dan sehat. Hal ini termasuk mencuci tangan dengan sabun, menutup mulut saat bersin dan batuk, dan menjauhi kontak dengan hewan yang disinyalir bisa memicu infeksi.
"Pneumonia itu kan penyakit infeksi, bisa karena virus, jamur atau bakteri. Nah yang di Wuhan ini kan coronavirus jenis baru. Sementara untuk mencegah infeksi itu, sistem imun itu harus ditingkatkan, asupan nutrisi seimbang, istirahat cukup," jelas dr Erlina dalam temu media di Rumah PDPI, Jalan Cipinang Bunder, Jakarta Timur, Jumat (17/1/2020).