Pakar Sebut Virus Corona China Adalah Hasil Mutasi, Lebih Berbahaya kah?

Jum'at, 24 Januari 2020 | 14:24 WIB
Pakar Sebut Virus Corona China Adalah Hasil Mutasi, Lebih Berbahaya kah?
Virus corona baru dari China (2019-nCoV) berpotensi mengancam kesehatan global. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wabah virus corona yang saat ini tengah menjadi perhatian seluruh otoritas kesehatan di seluruh dunia kembali memakan korban meninggal. Tercatat hingga Jumat (24/1/2020) pagi, setidaknya ada 25 orang dikabarkan meninggal.

Tidak hanya itu, orang yang terinfeksi sekarang berjumlah 830, sedangkan masih ada 1.072 kasus terduga infeksi virus corona.

Sebenarnya, virus corona ini bukanlah virus baru, melainkan mutasi dari virus corona yang pernah menyebabkan penyakit Sindrom Pernapasan Akut Berat (SARS) pada 2002.

Inilah sebabnya penyakit yang disebabkan oleh novel coronavirus (2019-nCoV) memiliki kesamaan dengan penyakit SARS dahulu.

Baca Juga: Bertambah Lagi, Korban Tewas Virus Corona di China Jadi 25 Orang

"Seperti SARS 2002. Perbedaannya pada mutasinya saja. Istilahnya kalau mutasi kan ada gen, asam amino. Memang sebetulnya dari WHO sudah memprediksi," jelas dokter spesialis penyakit dalam konsultasn pulmonologi di RSUP DR. Sardjito, dr Sumardi.

dr Sumardi menjelaskan tentang virus cirona (Rosiana/Himedik)
dr Sumardi menjelaskan tentang virus cirona (Rosiana/Himedik)

Sumardi melanjutkan, virus memang memiliki hitungan mutasi yang umumnya terjadi pada 15 hingga 20 tahun.

"Sejak mulai ada coronavirus Mers CoV sudah mulai ada mutasi, cuma mutasinya ada di Timur Tengah. Kira-kira kalau sekarang kan sudah ada hampir 15 tahun ya.. untuk yang seperti awal lagi," sambungnya, saat ditemui di RSUP Dr. Sardjito, pada Jumat (24/1/2020).

Ia juga menjelaskan, virus yang telah bermutasi tentu akan lebih hebat dari yang sebelumnya. Inilah yang sedang ditakutkan oleh otoritas kesehatan sekarang.

"Karena virus itu bermutasi terus menerus. Yang 2002 itu hampir (menginfeksi) seluruh dunia, yaitu 40 negara. Yang sekarang juga lebih bahaya dari yang pertama. Selalu mutasi itu, lebih bahaya yang mutasi terakhir," jelas Sumardi.

Baca Juga: RSUP Sanglah Bali Ungkap Rawat 3 Pasien Suspect Virus Corona

Sebab, katanya, manusia sendiri belum siap dalam mengahadapi virus mutasi yang terakhir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI