Media sosial juga seakan-akan membentuk kasta dari jumlah pengikut dan likes pada akun mereka. Mereka merasa perlu mengedit foto sebagus mungkin, membuat citra diri yang baik, dan merangkai kata sebaik mungkin sebelum mengunggahnya. Tanpa sadar, mereka terus membandingkan diri dengan orang lain.
Media sosial yang seharusnya membuat remaja perempuan bisa berinteraksi dengan teman-temannya justru menimbulkan stres, frustrasi, dan akhirnya depresi. Ditambah bully dan persaingan popularitas, hal ini lambat laun menurunkan rasa bahagia mereka.
Cara mencegah depresi akibat media sosial
Sebagai orangtua, Anda dapat berperan aktif mencegah depresi pada remaja dengan membatasi penggunaan smartphone mereka. Anak sebaiknya juga tidak diizinkan menggunakan media sosial sebelum berusia 13 tahun ke atas.
Melarang anak remaja untuk memiliki media sosial memang tidak mudah, tapi cobalah memberikan penjelasan yang mungkin bisa diterima olehnya. Anak Anda mungkin akan ngambek atau tidak merespons dengan baik, tapi ingatlah bahwa ini untuk kebaikannya juga.
Baca Juga: Mengalami Penghinaan, Betrand Peto Dilarang Gunakan Media Sosial
Apabila anak Anda sudah cukup usia dan ingin memiliki media sosial, usahakan untuk memantau kegiatannya selama berselancar di dunia maya. Ajari ia cara menggunakan media sosial yang baik dan batasi penggunaannya dalam sehari.
Pengawasan adalah hal yang paling penting, berapa lama dan apa yang anak dilakukan dengan handphone, orang tua harus memberi batasan. Penggunaan smartphone dan media sosial memang rentan meningkatkan risiko depresi pada remaja perempuan. Namun, dengan pengawasan yang baik, Anda bisa membuat media sosial menjadi tempat yang bermanfaat bagi anak tanpa memicu dampak negatif.