Suara.com - Berdasarkan laporan Global Burden of Disease (GBDR), sepsis dapat menjadi pembunuh lebih besar daripada kanker payudara di seluruh dunia.
Sepsis merupakan salah satu komplikasi dari infeksi yang berpotensi mengancam jiwa.
Tubuh biasanya akan melepaskan bahan kimia ke dalam aliran darah untuk melawan infeksi. Ketika respon tubuh terhadap bahan kimia tersebut tidak seimbang dan memicu perubahan yang dapat merusak banyak sistem organ, inilah saat sepsis terjadi.
Mayo Clinic melaporkan, jika sepsis berkembang menjadi syok septik, tekanan darah akan turun secara dramatis. Ini dapat menyebabkan kematian.
Baca Juga: Sepsis Dapat Menjadi Pembunuh Mematikan selain Kanker Payudara
Menurut laporan, setidaknya ada 48,9 juta kasus, 11 juta kematian di 195 negara dan wilayah pada 2017 akibat sepsis.
Dalam studi yang diterbitkan dalam The Lancet, setengah dari semua kasus terjadi pada anak-anak dan remaja, terutama di negara berpenghasilan rendah hingga menengah.
Karenanya, kita perlu tahu bagaimana gejala sepsis muncul.
Dilansir Hello Sehat, ada ciri awal ketika seseorang baru mengalami sepsis, meliputi:
- Demam tinggi lebih dari 38 derajat Celcius, kadang disertai dengan menggigil
- Denyut jantung cepat
- Laju pernapasan cenderung cepat dan sulit diatur
- Produksi keringat abnormal
Sayangnya, gejala sepsis seperti ini sering diabaikan dan disalahartikan sebagai gejala dari penyakit lain.
Baca Juga: Dikira Gejala Menopause, Ternyata Wanita Ini Derita ISK dan Sepsis
Ketika sepsis makin berkembang dan sampai menyebabkan syok septik. Tanda dari syok septik ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan sepsis awal.
Hanya saja, tanda syok septik akan disertai dengan penurunan tekanan darah hingga level sangat rendah. Berbagai komplikasi pun dapat muncul akibat berkembangnya sepsis dan syok septik, yakni terbentuknya gumpalan darah di sekujur tubuh.