Broken Heart Syndrome, Kelainan Jantung Akibat Patah Hati?

Kamis, 16 Januari 2020 | 11:12 WIB
Broken Heart Syndrome, Kelainan Jantung Akibat Patah Hati?
Ilustrasi perempuan putus cinta [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Broken Heart Syndrome, Kelainan Jantung Akibat Patah Hati?

Tidak bergairah melakukan apapun, tidak ada motivasi untuk bergerak atau galau, kerap kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Entah itu karena beban pekerjaan, keuangan, atau yang paling sering menjangkiti kaum muda adalah karena soal asmara, putus cinta hingga membuat stres. Tapi, tahukah Anda bahwa penyakit patah hati memang benar-benar ada? Dalam dunia medis, penyakit yang menyerang jantung ini disebut Broken Heart Syndrome.

Apa itu broken heart syndrome? Broken heart syndrome (BHS) alias sindrom patah hati atau disebut juga Tako-tsubo cardiomyopathy adalah salah satu bentuk kelainan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler (jantung). Pada BHS terjadi gangguan fungsi bagian jantung yaitu ventrikel, yang berhubungan dengan ketidakcukupan aliran darah melalui arteri koroner (pembuluh jantung yang menghidupi jantung).

Baca Juga: Posting Video Mewek di IG, Raline Shah Bantah Lagi Patah Hati

Dilansir Suara.com dari Hello Sehat, sindrom ini memiliki banyak nama yang terdengar rumit, di antaranya transient left ventricular apical ballooning syndrome atau stress cardiomyopathy atau ampulla cardiomyopathy atau neurogenic myocardial stunning.

Perempuan terkena serangan jantung. (Shutterstock)
Perempuan terkena serangan broken heart syndrome . (Shutterstock)

Tahun 1986, di Massachusetts General Hospital dilaporkan satu kasus gagal jantung akibat stres emosional berat. Mulai tahun 2000, banyak publikasi kasus broken heart syndrome dari seluruh dunia. Pada akhirnya, di tahun 2006, stress cardiomyopathy resmi diklasifikasikan dalam kelompok acquired cardiomyopathies, alias kardiomiopati yang didapatkan (bukan diturunkan). Ini membuktikan bahwa ada banyak faktor selain penyakit jantung koroner yang dapat menyebabkan serangan jantung, salah satunya masalah psikologi. Riwayat adanya stress emosional yang berat juga menjadi pembeda BHS dengan penyakit jantung koroner.

Siapa saja yang dapat terkena broken heart syndrome (bhs)?

Broken heart syndrome tergolong dalam kelainan psikosomatis yang spesifik pada sistem kardiovaskuler. BHS dijumpai pada 86-100 persen perempuan berusia sekitar 63-67 tahun. Sebagian besar kasus BHS dialami wanita setelah merasa menopause. Walau begitu, BHS dapat menyerang semua usia tanpa terkecuali, jika terdapat riwayat stress emosional yang berat dan tidak mendapat terapi yang mencukupi.

Di Amerika Serikat, BHS dialami oleh 4,78% pasien dengan gambaran klinis STEMI atau unstable angina, sebuah gambaran yang mirip penyakit jantung koroner. Di Indonesia sendiri, jumlah kasus BHS belum diketahui dan hanya sebatas pada laporan kasus.

Baca Juga: 3 Berita Kesehatan Teratas: Sindrom Langka hingga Sindrom Patah Hati

Faktor pemicu broken heart syndrome
BHS tidak disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh darah jantung. Stresor sebagai satu-satunya faktor pemicu broken heart syndrome dan dikelompokkan menjadi stres emosional dan stres fisik. Setidaknya satu macam stres terdeteksi pada 98% penderita.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI