Suara.com - Pernahkah Anda bermain dengan bayi dan merasakan koneksi, meskipun mereka belum bisa berbicara dengan Anda? Penelitian baru menunjukkan bahwa Anda mungkin secara harfiah berada "pada gelombang yang sama". Di mana diketahui keduanya mengalami aktivitas otak sama di daerah otak yang sama.
Dirangkum dari Medical Express, sebuah tim peneliti Princeton telah melakukan studi pertama tentang bagaimana otak bayi dan orang dewasa berinteraksi selama bermain.
Mereka menemukan kesamaan yang terukur dalam aktivitas saraf. Dengan kata lain, aktivitas otak bayi dan dewasa naik dan turun bersama saat mereka berbagi mainan dan kontak mata.
Penelitian ini dilakukan di Princeton Baby Lab, tempat para peneliti Universitas mempelajari bagaimana bayi belajar melihat, berbicara dan memahami dunia.
Baca Juga: Sinestesia Ternyata Genetik, Studi Tunjukkan Bagaimana Otak Mereka Bekerja
"Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa otak orang dewasa bersinkronisasi ketika mereka menonton film dan mendengarkan cerita, tetapi sedikit yang diketahui tentang bagaimana 'sinkronisasi saraf' ini berkembang pada tahun-tahun pertama kehidupan," kata Elise Piazza, seorang sarjana peneliti di Princeton Neuroscience Institute (PNI) dan penulis pertama utama penelitian.
Penelitian melibatkan 42 bayi dan balita, di mana orang dewasa yang sama harus berinteraksi dengan mereka. Peneliti kemudian mengumpulkan data dari 57 saluran otak yang diketahui terlibat dalam prediksi, pemrosesan bahasa dan memahami perspektif orang lain.
Ketika mereka melihat data, para peneliti menemukan bahwa selama sesi tatap muka, otak bayi disinkronkan dengan otak orang dewasa di beberapa bidang yang diketahui terlibat dalam pemahaman tingkat tinggi dunia.
Pemahaman tersebut membantu anak-anak menerjemahkan makna keseluruhan cerita atau menganalisis motif orang dewasa yang membacanya kepada mereka.
"Saat berkomunikasi, orang dewasa dan anak tampaknya membentuk lingkaran umpan balik," tambah Piazza. "Jadi, ketika bayi dan orang dewasa bermain bersama, otak mereka saling mempengaruhi secara dinamis," lanjutnya.
Baca Juga: Ilmuwan Ungkap Misteri Otak Manusia Berusia 2.600 Tahun
Pendekatan dua otak untuk ilmu saraf ini dapat membuka pintu untuk memahami bagaimana menggabungkan mode pengasuhan dalam perkembangan atipikal.
Contohnya seperti pada anak-anak yang didiagnosis dengan autisme. Serta bagaimana pendidik dapat mengoptimalkan pendekatan pengajaran mereka untuk mengakomodasi beragam otak anak-anak.
Para peneliti terus menyelidiki bagaimana kaitan saraf ini dengan pembelajaran bahasa awal anak-anak prasekolah.