Studi: Orang dengan Obesitas Rentan Miliki Kebiasaan Mengorok

Sabtu, 11 Januari 2020 | 04:00 WIB
Studi: Orang dengan Obesitas Rentan Miliki Kebiasaan Mengorok
Ilustrasi orang yang terganggu pasangan mengorok. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Studi: Orang dengan Obesitas Rentan Miliki Kebiasaan Mengorok 

Orang dengan lidah yang tebal dipercaya memiliki risiko masalah gangguan tidur sleep anea yang lebih tinggi.

Tingkat ketebalan lidah sendiri diakibatkan oleh lemak pada lidah, yang pada akhirnya, terkait dengan masalah obesitas.

Itulah mengapa, kata peneliti dari University of Pennsylvania, orang dengan obesitas lebih sering mengalami masalah sleep apnea dan memiliki kebiasaan mengorok.

Baca Juga: Saat Tidur Pulas, Keluarga Sumitro Dibantai Pelaku Misterius

Para peneliti sekarang berencana untuk mencari tahu diet rendah lemak mana yang baik untuk 'melangsingkan' lidah.

"Kamu berbicara, makan dan bernafas dengan lidahmu, jadi mengapa lemak bisa ada di sana? Tidak jelas mengapa bisa terjadi, bisa genetik atau lingkungan," kata penulis studi, Dr Richard Schwab, dari Perelman School of Medicine, Philadelphia.

Para peneliti di Perelman School of Medicine, University of Pennsylvania, memindai 67 orang responden yang memiliki masalah sleep apnea obstruktif. Responden yang kehilangan 10 persen berat badan, mengalami 30 persen perbaikan dalam masalah sleep apnea.

Dengan melihat ukuran struktur jalan nafas pada responden, tim peneliti mencoba mencari tahu hal apa yang menyebabkan kondisi responden lebih baik.

Setelah dicari tahu lebih lanjut, ternyata penurunan berat badan responden bukan hanya membuat lidah semakin kecil tetapi juga menyebabkan pengurangan ukuran otot rahang dan otot di kedua sisi jalan napas.

Baca Juga: Kisah Orang Miskin Bekasi, Acim Tidur di Gubuk, Makan Rp 80 Ribu 3 Hari

"Sekarang kita tahu lemak lidah adalah faktor risiko, dan sleep apnea membaik ketika lemak lidah berkurang, kita telah menetapkan target terapi unik yang belum pernah kita miliki sebelumnya," kata Dr Schwab.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI