Korban Pemerkosaan Enggan Melapor, Dokter Jiwa Ungkap Alasannya

Jum'at, 10 Januari 2020 | 18:52 WIB
Korban Pemerkosaan Enggan Melapor, Dokter Jiwa Ungkap Alasannya
Ilustrasi korban pemerkosaan dan kekerasan seksual. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
dr. Gina Anindyajati, SpKJ, pakar kesehatan jiwa bicara tentang trauma korban kekerasan. (Suara.com/Dini Afrianti)
dr. Gina Anindyajati, SpKJ, pakar kesehatan jiwa bicara tentang trauma korban kekerasan. (Suara.com/Dini Afrianti)

Enggan melapor ini karena sistem penanganan korban kekerasan seksual belum seutuhnya berpihak pada korban. Tak jarang, karena melapor juga membuat ingatan korban kembali pada kejadian yang sebenernya tidak ingin dia ingat. Apalagi jika di kepolisian kerap kali, kronologi selalu ditanyakan berulang-ulang, dan hal ini menyakiti psikis korban terus menerus.

"Belum ditanya penyidik satu, besok ke penyidik yang lain lagi, seminggu berturut-turut kaya gitu, dengan pertanyaan yang sama. Jadi trauma ini bukan cuma soal kekerasan seksual yang terjadi, tapi sistem juga membuat retraumatisasi itu terjadi," ungkap dr. Gina menggebu-gebu.

Kembalinya kenangan buruk yang membuat trauma memang sakitnya tidak terlihat secara fisik, tapi sangat membekas pada pikiran. Alhasil, stres karena trauma membuat kehidupan sehari-hari terganggu dan menjadi 'manusia disabilitas'.

"Seseorang dia nggak bisa kerja, ada disabilitas dalam pekerjaan, dia tidak bisa menjalin relasi yang baik dengan orang lain. Tidak bisa memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarganya, ini kan satu bentuk disabilitas satu bentuk kecacatan," imbuhnya.

Baca Juga: CEK FAKTA: Reynhard Sinaga Dipulangkan Indonesia, Benarkah?

"Manusia itu punya fungsi sosial, ketika fungsu sosialnya cacat ya cacatlah dia sebagai manusia," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI