Suara.com - Ekspresi Datar Reynhard Sinaga Saat Divonis, Ciri Psikopat?
Reynhard Sinaga menggemparkan publik setelah divonis penjara seumur hidup karena memerkosa ratusan lelaki di Manchester, Inggris.
Selama aksinya, Reynhard juga merekam perbuatan kejinya sebagai video dokumentasi.
Pada sidang keempat sekaligus pembacaan vonis yang digelar Senin (6/1/2020) di Inggris, dilaporkan bahwa Reynhard tidak menunjukkan ekspresi apapun.
Raut wajahnya datar, bahkan saat video adegan perkosaan miliknya tersebut diputar di persidangan. Bahkan, seperti diwartakan BBC Indonesia, lelaki lulusan Universitas Indonesia jurusan Arsitektur itu bersikukuh perbuatannya dilakukan atas dasar suka sama suka.
Padahal faktanya, rekaman video menunjukkan bahwa korban dalam kondisi tidak sadarkan diri selama melakukan hubungan badan.
Suara yang terdengar dari video hanyalah dengkuran, yang artinya korban tertidur atau tidak sadarkan diri.

Akibat hal ini, banyak orang menuding Reynhard sebagai sosok psikopat. Benarkah Reynhard Sinaga adalah seorang psikopat?
Psikolog Febria Indra Hastati, M.Psi, CH, CHt tidak bisa membenarkannya dengan mudah.
Baca Juga: Deretan Fakta Reynhard Sinaga Pemerkosa Terbesar dalam Sejarah Inggris
Menurutnya, ekspresi datar saat pembacaan vonis bukanlah satu-satunya indikator untuk mendiagnosis seseorang psikopat.
"Untuk menentukan apakah seseorang tergolong psikopat atau bukan, tidak bisa hanya sekadar melihat pada ekspresi datar saat pembacaan vonis atau penayangan video tindak kejahatannya, tetapi harus memenuhi beberapa indikator utama," ujar Psikolog Febria saat dihubungi Suara.com, Selasa (7/1/2020)
Selain ekspresi datar dan tanpa rasa bersalah, ada indikator lain yang dipaparkan Febria hingga seseorang bisa disebut psikopat, yaitu:
- Sifat tidak peduli jika tindakannya merugikan orang lain.
- Egosentris dan merasa hanya dirinya saja yang penting, serta merasa dirinya jauh lebih bernilai dibandingkan keberadaan orang lain atau masyarakat.
- Pathological lying atau kerap berbohong.
- Bersikap manipulatif, berpura-pura baik, sebagai cara untuk menipu atau mengelabui dengan tujuan memangsa korbannya.
- Kurang empati, dangkal penghayatan emosinya, dingin, seolah tidak berperasaan.
- Gagal menahan impulse primitif dirinya, tidak bisa mengendalikan nafsu liarnya.
- Kecenderungan ingin menantang bahaya.
- Superficial charm, tampil menarik di permukaan, seolah menawan, sebagai kedok atau kamuflase demi keuntungan diri sendiri.
- Tidak menyesali perbuatannya, tidak merasa melakukan kesalahan.