Suara.com - Kisah Cathy, Tak Bisa Punya Keturunan karena Menopause di Usia 13 Tahun
Apa jadinya jika Anda diberi tahu tidak bisa memiliki keturunan sejak usia remaja? Hal inilah yang dialami oleh perempuan asal London, Inggris, Cathy Phillips-Bradady.
Perempuan berusia 31 tahun tersebut menceritakan bagaimana dia merasa hancur setelah mendengar tidak dapat memiliki anak secara alami di usianya yang ke 17.
Dilansir Dailymail, Cathy sebelumnya memang mengalami gejala perimenopasual (memasuki masa menopause), termasuk hot flushes (berupa rasa panas di dalam tubuh, diikuti dengan keluarnya keringat, serta jantung yang berdebar-debar), kehilangan memori jangka pendek, perubahan suasana hati, dan kecemasan sejak usia remaja.
Baca Juga: 8 Penyebab Keringat Berlebih di Malam Hari, Salah Satunya Menopause
Cathy ingat bagaimana menstruasinya sangat menyakitkan ketika dia berusia 12 tahun, sehingga dia harus memeluk botol air panas di tempat tidur selama berhari-hari.
Saat ibunya mengetahui hal tersebut dan cemas, ia pun membuat janji ke dokter umum pada awal 2000. Saat itu, Cathy hanya diresepkan asam mefenamat untuk mengatasi sakitnya karena menstruasi yang berat, yang menyebabkan perdarahan yang menakutkan akhirnya berhenti.
Masa haidnya tidak kembali selama satu tahun. Tapi, perempuan yang kini berprofesi sebagai produser dan musisi tersebut mengatakan jika dokter berpikir menstruasinya hanya tidak teratur karena dia masih seorang remaja, dan mengatakan kepadanya untuk tidak perlu khawatir.
Namun, kekhawatirannya memburuk ketika dia mulai mengalami hot flush di usia 14 tahun.
"Aku harus mandi air dingin dua kali sehari, tetapi dokter mengatakan semuanya baik-baik saja dan ibuku tidak tahu bagaimana lagi untuk membantu," katanya.
Baca Juga: Dikira Gejala Menopause, Ternyata Wanita Ini Derita ISK dan Sepsis
Cathy kembali ke dokter, kali ini yakin ada sesuatu yang salah dengan dirinya dan dirujuk ke rumah sakit Maidenhead untuk tes darah dan kemudian dirujuk ke spesialis ginekologi yang berbasis di London untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Di sana, ia diuji untuk serangkaian kondisi selama dua tahun, mulai dari kanker serviks hingga penyumbatan di tuba Fallopi, tetapi masalahnya tetap tidak diketahui.
Akhirnya, pada tahun 2005, di usia 17 tahun, Cathy mendapatkan diagnosisnya, yakni ia mengalami insufisiensi ovarium prematur. Suatu kondisi yang menyebabkan ovarium berhenti memproduksi telur, dan diberi tahu bahwa ia tidak akan pernah dapat memiliki anak secara alami. Ternyata dirinya sudah memasuki masa menopause sejak usia 13 tahun.
"Berita itu adalah pukulan besar. Aku benar-benar merasakan kehilangan," kata dia.
Dia mengaku merasa sangat bingung, bahkan terkait kondisinya dia tidak ditawarkan pilihan terapi. Dia juga menggunakan pil kontrasepsi lain untuk meringankan gejala dan terapi penggantian hormon.
Bergerak maju, Cathy tidak punya pilihan lain selain menerima bahwa dia mungkin tidak bisa hamil.
Terlepas kabar menyakitkan di usia belasan tahun itu, Cathy, sekarang merasa senang karena suaminya, James, mengatakan masih berharap untuk menggendong anak dari dirinya.
"Melewati usia 20-an saya tahu tidak bisa punya anak itu sulit, terutama ketika teman-teman saya mulai memiliki bayi sendiri," katanya.
Namun ketika dia bertemu suaminya James pada 2013, dia bercerita tentang ketidaksuburannya pada kencan pertama mereka, tetapi James memutuskan untuk tetap bersamanya.
Pasangan tersebut menikah pada 2018 dan tengah mencari sumbangan sel telur dan James mengatakan tidak masalah jika harus melakukan adopsi jika gagal.