Suara.com - Diam-diam Ternyata Obesitas Juga Bisa Menular Lho!
Obesitas atau kondisi gangguan yang melibatkan lemak tubuh berlebihan merupakan salah satu kondisi yang dapat membuat seseorang berisiko terkena penyakit mematikan.
Obesitas biasanya disebabkan oleh gaya hidup yang buruk dengan kebiasaan makan yang tak teratur. Salah satunya adalah dengan mengonsumsi makanan atau minuman tinggi gula, garam dan lemak yang diiringi dengan kebiasaan malas beraktivitas fisik
Meski selalu dikaitkan dengan risiko penyakit tidak menulat atau PTM yang tinggi, tapi diam-diam obesitas itu sendiri dianggap bisa menular lho!
Baca Juga: Obesitas saat Hamil Bisa Pengaruhi IQ Anak Laki-Laki
Sosiolog, Roby Muhamad mengatakan bahwa konsep 'menular' pada obesitas tak seharafiah seperti kontak cairan antara orang dengan obesitas kepada orang lain hingga menyebabkan tertularnya kondisi kegemukan tersebut .
Konsep menular tersebut lebih kepada kebiasaan orang yang secara tidak langsung akam terserap oleh sekitarnya.
"Ada riset tahun 2007, penelitinya dari Harvard University yang memperlihatkan bahwa perilaku atau sikap kesehatan mental seperti kebahagiaan, kesepian, dan kesehatan fisik seperti obesitas dan keputusan merokok itu menular," kata Roby saat berbicara dalam satu acara di Jakarta, Selasa, (7/1/2020).
Seiring waktu, kata Roby, orang lain di sekitar orang dengan obesitas akan mengalami hal yang sama.
Untuk itu Roby menekankan pentingnya komunitas gaya hidup sehat yang tumbuh di masyarakat. Dengan demikian, bukan obesitas yang akan menular melainkan ajakan gaya hidup yang lebih baik.
Baca Juga: Mitos Lahiran Caesar Bisa Bikin Anak Obesitas, Ini Temuan Peneliti!
"Ada eksperimen bahwa bisa menular artinya ajakam berperilaku sehat bisa menular jika orang tersebut terekspos dengan informasi tersebut berulang kali dari orang berbeda," kata Roby Muhamad PH.D, sosiolog dari Universitas Indonesia tersebut.
Ia melanjutkan, pengambilan keputusan termasuk penerapan pola hidup sehat setiap individu dipengaruhi kuat oleh microenvironment di mana ia berada dan dengan siapa ia bergaul.
"Seperti keluarga, sekolah, tempat kerja dan tempat tinggal. Karakter yang terbentuk pada microenvironment ini dipengaruhi pula oleh macroenvironment berupa sistem edukasi, kebijakan pemerintah, perkembangan industri, teknologi, dan lain-lain," tambahnya.
Lewat riset para ilmuwan di MIT, komunitas berperan sebagai pemantik semangat dalam pengadopsian gaya hidup dan perilaku sehat di tengah masyarakat. "Akan sangat sulit menerapkan pola hidup sehat, ketika kita berada di lingkungan yang tidak sehat. Karenanya, komitmen yang dilakukan bersama melalui komunitas, menjadi cara efektif dalam proses menanamkan kebiasaan gaya hidup sehat," tutupnya.