Ada Bagian Otak yang Berubah saat Seseorang Alami PTSD

Selasa, 07 Januari 2020 | 14:46 WIB
Ada Bagian Otak yang Berubah saat Seseorang Alami PTSD
Rambut pink Lady Gaga. (Instagram/@ladygaga)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyanyi sekaligus aktris cantik Lady Gaga mengaku dirinya mulai mengembangkan gangguan stres pasca trauma (PTSD) setelah menjadi korban pemerkosaan berkali-kali saat berusia 19 tahun.

"Aku diperkosa berulang kali ketika aku berusia 19 tahun dan aku mengembangkan PTSD sebagai akibat dari pemerkosaan tersebut," jelas Lady Gaga saat diwawancarai oleh Oprah Winfrey pada Senin (6/1/2020).

Tindakan kekerasan, bencana alam dan peperangan, adalah peristiwa yang dapat memicu gangguan stres pasca trauma yang memengaruhi 8 juta orang Amerika, menurut National Alliance on Mental Illness.

Daftar pemicu gangguan ini cukup panjang dan mencakup bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tsunami, kecelakaan serius dan menyaksikan kematian, terutama yang ganas.

Baca Juga: Pernah Jadi Korban Pemerkosaan, Lady Gaga Mengaku Idap PTSD Setelahnya

Ketika orang mengalami trauma, marah adalah reaksi normal atau bahkan bisa mengalami gejala fisik, seperti mual atau mimpi buruk.

Meski PTSD dapat sembuh, terkadang gangguan ini dapat bertahan hingga tahunan. Gejala PTSD dapat meliputi detak jantung yang cepat, mual, berkeringat, sesak napas, dan perasaan cemas.

Lady Gaga [Mark Ralston / AFP]
Lady Gaga [Mark Ralston / AFP]

Dilansir Health, sebagian besar penelitian PTSD menunjukkan bagian-bagian tertentu dari otak, seperti amigdala, hippocampus dan korteks prefrontal dalam beberapa cara diubah setelah alami trauma, kata Kate Cummins, PsyD, seorang psikolog klinis berlisensi di San Francisco.

"Selain itu, kortisol, hormon stres yang meningkat selama episode panjang stres, dan norepinefrin, yang bertanggung jawab untuk gairah, perhatian dan kewaspadaan, lebih banyak terlihat pada pasien yang telah terpapar trauma," kata Cummins.

Ada beberapa faktor risiko, misalnya wanita, yang lebih mungkin mengembangkan PTSD daripada pria dan orang-orang dengan sejarah masalah kesehatan mental juga berisiko lebih tinggi, menurut National Institute of Mental Health.

Baca Juga: Bikin Sesi Dandan Lebih Mudah, Lady Gaga Luncurkan Stiker Cat Eye

Kurangnya dukungan emosional dari teman dan keluarga setelah trauma awal, atau mengalami stres tambahan selama peristiwa tersebut, juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena PTSD.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI