Suara.com - Perkosa Ratusan Lelaki, Reynhard Sinaga Tunjukkan Gejala Disinhibisi?
Nama Reynhard Sinaga, lelaki asal Depok, Jawa Barat tengah gempar dibicarakan setelah mendapat hukuman penjara seumur hidup karena memperkosa lelaki di Manchester, Inggris.
Berdasarkan keterangan pihak pengadilan, Reynhard Sinaga didakwa melakukan pemerkosaan dan kekerasan seksual kepada 48 orang. Meski begitu, polisi meyakini korban Reynhard Sinaga berjumlah lebih dari 190 orang. Karena ini juga Reynhard Sinaga mendapat julukan Pemerkosa Berantai Terbesar di Dunia oleh media Inggris.
Kejahatan Reynhard Sinaga mendapatkan perhatian tak hanya di Inggris dan Indonesia, namun juga seluruh dunia. Netizen di media sosial menyebut Reynhard Sinaga memiliki masalah kejiwaan dan gangguan jiwa, karena terlihat santai di persidangan dan tak menunjukkan perasaan bersalah.
Baca Juga: Reynhard Sinaga Menjuluki Dirinya Sebagai 'Peter Pan', Ini Alasannya
Lalu, apa kata pakar soal hal ini? Dokter spesialis kesehatan jiwa dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ menjelaskan bahwa gangguan jiwa tidak bisa didiagnosis tanpa adanya pemeriksaan klinis. Pengidap gangguan skizofrenia atau psikosis, bisa melakukan pemerkosaan. Gangguan ini membuat penderitanya tidak bisa membedakan kenyataan dan pikirannya sendiri.
Di sisi lain, kata perempuan yang akrab disapa Noriyu ini, kebanyakan kasus pemerkosaan tidak berhubungan dengan gangguan jiwa. Pelaku justru cenderung mereka yang mengalami atau mendapat perilaku seks abnormal.
"Orang dengan skizofrenia atau psikosis lainnya bisa melakukan pemerkosaan, atau menunjukkan perilaku seksual abnormal yang bisa berhubungan langsung dengan psikosis atau secara tidak langsung dengan disinhibisi," ujar Novriyu saat dihubungi Suara.com, Selasa (7/1/2020).
Disinhibisi adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan sosial karena terganggu atau hilangnya kemampuan mengendalikan diri, seperti serangan seksual atau pemerkosaan. Selain itu Noriyu juga tidak menampik gejala bipolar (perubahan emosi ekstrem) seperti hipomania dan mania juga bisa memicu tindak pemerkosaan.
"Bisa juga pasien dengan hipomania dan mania mengalami disinhibisi seksual sehingga terjadi serangan tersebut. Ada jurnal yang melaporkan bahwa orang dengan skizofrenia 4 kali mempunyai kecenderungan melakukan serangan seksual dibandingkan orang tanpa gangguan jiwa," papar Noriyu.
Baca Juga: Pengakuan Para Korban Pemerkosaan Reynhard Sinaga, Dibius hingga 15 Jam
"Serangan seksual tidak hanya pemerkosaan dan ada hubungannya dengan gangguan sebelumnya misalnya parafilia," lanjutnya.
Parafilia adalah penyimpangan seksual yang terjadi secara berulang-ulang kali. Umumnya juga melibatkan seseorang, benda, maupun aktivitas yang jika pada orang normal ia tidak akan terangsang secara seksual.
Misalnya terangsang dengan anak kecil yakni pedofil, atau mempertontonkan alat kelamin (eksibisionisme), suka mengintip, menggesekkan alat kelamin, gairah terhadap benda seperti celana dalam dan sepatu perempuan. Hingga perilaku sadisme seksual yakni menyiksa pasangan secara psikologis dan fisik, seperti memperkosa.
"Pemerkosaan hanya di bawah diagnosis sexual sadism, walau sadisme hanya mencakup 5 sampai 10 persen dari kasus-kasus pemerkosaan," tutup Noriyu.