Terlebih lagi, stres kronis dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Padahal, sistem ini berperan penting dalam membersihkan sel rusak akibat kesalahan genetik atau metabolisme. Jadi, sistem kekebalan yang lemah bisa menjadi pintu masuk bagi sel-sel kanker.
Sedangkan beberapa ahli berpikir bahwa bukan stres itu sendiri yang menyebabkan kanker, tetapi perilaku tidak sehat yang muncul akibat stres seperti merokok dan minum alkohol.
"Konsensus umum tampaknya menunjukkan stres kronis sendiri tidak menyebabkan kanker, tetapi secara tidak langsung dapat meningkatkan risikonya," kata Firdaus Dhabhar, profesor di University of Miami.
Pada akhirnya, Toworoger mengatakan untuk memastikan jawaban ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Baca Juga: Jangan Remehkan Tanaman di Meja Kerja, Bisa Meredakan Stres Lho
"Hormon stres dapat menyebabkan efek biologis lain yang terlibat dalam perkembangan kanker. Jadi, saya pikir kita perlu penelitian lebih lanjut sebelum mengatakan jika hubungan antara stres kronis dan risiko kanker adalah mitos," jelasnya.
Hal yang perlu diingat menurut Toworoger adalah stres dapat memengaruhi kondisi kesehatan tubuh, terutama pada kanker yang sudah ada.
"Kami tidak tahu apakah stres dapat memicu kanker, tetapi kami umumnya tahu bahwa mengidentifikasi strategi dalam mengatasi stres bisa berdampak positif," tandas Toworoger.