Setelah 16 jam kemudian, Robyn akhirnya sudah bisa bernapas kembali, sehingga ia dipulangkan. Namun, ketika baru sampai rumahnya, gadis ini tiba-tiba berhenti bernapas dan kembali dilarikan ke rumah sakit lagi.
Setelah itu, Robyn keluar-masuk ruang gawat darurat setiap empat hari dan dokter juga membatasi makanannya karena reaksi alergi.
"Aku menjadi alergi terhadap sebagian besar makanan, rempah-rempah, kacang-kacangan, alkohol, dan pakaian. Aku tidak bisa makan di restoran, memakai pakaian bagus, atau pergi minum-minum dengan teman-temanku."
Pelepasan PPD telah menyebabkan tubuh Robyn mengalami syok, yang berarti dia mengalami reaksi alergi parah terhadap benda yang umum ditemui sehari-hari, termasuk matahari.
Baca Juga: Waduh, Produk Pewarna Rambut Populer Dikaitkan dengan Risiko Kanker?
Setiap kali ia tersengat matahari, kulitnya akan ditutupi lepuhan. Ia juga akan gatal-gatal di sekujur tubuh dan seolah akan pingsan.
Robyn kemudian didiagnosis dengan polumorphic light eruption and solar urticaria atau erupsi cahaya polimorfik, suatu kondisi langka yang membuatnya sensitif dengan matahari.
"Aku mengonsumsi antihistamin dan steroid seumur hidupku. Selama musim panas saku tidak bisa menikmati liburan di pantai atau bahkan di taman," katanya.
Ia pun menyesalkan keputusannya untuk mewarnai rambutnya pada hari itu, dan memeperingatkan siapa pun untuk selalu melakukan tes pewarna dahulu selama 48 jam sebelum mewarnai rambut.
"Tolong selalu lakukan tes pewarna, dan jika kau pergi ke penata rambut, pastikan tes itu ditunggu 48 jam," tandasnya.
Baca Juga: Bahan Dasar Pewarna Rambut di Salon Ini Bikin Melongo, Apa Ya?