15 Tahun Tsunami Aceh, Korban Anak-Anak Masih Butuh Perhatian

Jum'at, 27 Desember 2019 | 03:05 WIB
15 Tahun Tsunami Aceh, Korban Anak-Anak Masih Butuh Perhatian
Gregor Hadi Nitihardjo, National Director SOS Children’s Villages Indonesia. (Suara.com/Vessy Frizona)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - 15 Tahun Tsunami Aceh, Korban Anak-Anak Masih Butuh Perhatian

Lima belas tahun lalu, pilu merundung Aceh. Bencana tsunami yang menelan korban lebih dari 170.000 jiwa menyebabkan ribuan anak terpisah dari keluarga mereka. Mereka kehilangan pengasuhan, kehidupan, dan bahkan sarana pendidikan juga ikut tersapu dahsyatnya gelombang.

Tetapi, harapan tidak sirna. Berbagai cara pemulihan dilakukan oleh banyak pihak, agar anak-anak Aceh terus berjuang untuk bangkit dari masa lalu agar dapat menata masa depan yang cerah.

Lembaga non pemerintah yang fokus kepada pengasuhan anak berbasis keluarga, merupakan lembaga yang hingga kini bekerja bagi anak-anak dan keluarga di Aceh. Setahun pasca bencana, dua desa anak didirikan di Lamreung, Aceh Besar (Banda Aceh) dan Meulaboh, Aceh Barat yang menjadi rumah bagi 250 anak.

Baca Juga: Air Mata dan Doa di Kuburan Massal Korban Tsunami Aceh

"SOS Children’s Villages selalu bekerja untuk jangka panjang. Kami mulai bekerja di Aceh tahun 2005 dengan membangun 3 desa untuk mengasuh 450 anak yang kehilangan orangtua. Kemudian, mendirikan 525 rumah untuk keluarga yang kehilangan tempat tinggal, juga membangun 3 sekolah yang menampung 1000 siswa, hingga lebih dalam lagi membantu masyarakat dan komunitas yang membutuhkan dukungan," ucap Gregor Hadi Nitihardjo, National Director SOS Children’s Villages Indonesia dalam acara yang dihadiri Suara.com di Galeri Indonesia Kaya, Kamis (26/12/2019).

Setelah 15 tahun tidak sedikit anak-anak pejuang tsunami kini telah meniti masa depan mereka masingmasing dengan penuh harapan dan semangat. Bahkan, salah satu anak SOS Children’s Village Banda Aceh, Monalisa mampu membuktikan dirinya berhasil masuk ke SMA Favorit hingga menjadi perwakilan remaja dalam menyampaikan suara anak-anak Indonesia di kancah internasional. Saat ini, Monalisa dan remaja lainnya juga berjuang membantu adik-adiknya yang masih mengejar mimpi.

Membawa harapan dan komitmen untuk mewujudkan mimpi, juga menggerakkan banyak orang baik melakukan aksi kemanusiaan. Pada tanggal 18-21 November lalu, lima pelari tanah air melakukan misi kebaikan dengan berlari selama 4 hari sejauh 250 km dari Meulaboh (titik nol tsunami) menuju Banda Aceh melalui kegiatan Run to Care Aceh 250 KM. Lima pelari hebat ini adalah Nicky Hogan, Carla Felany, Gatot Sudariyono, Vonny Anggraini, dan Beny Syaaf Jafar.

Kerusakan akibat gempa dan tsunami Aceh pada 2004 (Shutterstock).
Kerusakan akibat gempa dan tsunami Aceh pada 2004 (Shutterstock).

Mereka berlari, melintasi jejak tsunami Aceh, dan mengajak para orang baik untuk ikut bergerak bersama mewujudkan mimpi anak Aceh yang hebat melalui donasi yang selama 3 bulan terkumpul sebesar Rp 413.821.171 bagi ratusan anak di SOS Children’s Village Banda Aceh. Bukan hanya kisah anak-anak yang terus berjuang, tapi di balik itu juga orang-orang yang selama 15 tahun tidak pernah lelah dalam memperjuangkan hak-hak anak Indonesia.

"Langkah kaki kita untuk memperjuangkan mimpi anak-anak Indonesia tidak pernah usai. Karena semua yang kita lakukan selalu dalam satu tujuan yang sama, bersama-sama untuk anak Indonesia," ucap Alminazul Kamal, Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh.

Baca Juga: Besok, BMKG Pantau Gerhana Matahari Cincin di Gedung Tsunami Aceh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI