3 Faktor yang Dinilai dapat Meningkatkan Risiko Kanker, Apa Saja?

Kamis, 26 Desember 2019 | 11:14 WIB
3 Faktor yang Dinilai dapat Meningkatkan Risiko Kanker, Apa Saja?
Ilustrasi deteksi dini kanker. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kanker merupakan penyebab kematian paling umum dan sering dikaitkan dengan gaya hidup yang tidak sehat.

Sebenarnya, alasan seseorang dapat terkena kanker tidak sepenuhnya dapat dipahami. Namun, tampaknya penyakit ini dapat dipengaruhi oleh genetika, riwayat keluarga, lingungan, kebiasaan makan, dan pekerjaan kita sendiri.

Itu semua adalah hal-hal yang ditemukan atau dikonfirmasi oleh para ilmuwan terkait risiko kanker pada 2019.

Melansir Insider, berikut beberapa faktor yang disebut dapat meningkatkan risiko terkena kanker.

Baca Juga: Pakai Kosmetik Kaleng-kaleng, Wanita Ini Kena Kanker Kulit

Tahapan kanker hati. (Shutterstock)
Tahapan kanker hati. (Shutterstock)

1. Pestisida dikaitkan dengan limfoma serta peningkatan risiko kanker hati

Pestisida telah lama diduga bersifat karsinogenik dan tahun ini, bukti baru mengaitkan glisofat (zat pada pestisida) dengan penyakit hati yang akhirnya dapat meningkatkan kanker hati.

Namun, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat berpendapat penggunaan glisofat yang tepat tidak akan menimbulkan risiko kesehatan terhadap masyarakat.

2. Vaping dikaitkan dengan masalah paru-paru, termasuk risiko kanker

Ada lebih dari 2.050 penyakit yang terhubung dengan vaping, dan setidaknya 39 orang telah meninggal, menurut data terbaru.

Baca Juga: Kisah Penyintas Kanker: Pulang Kemoterapi Bisa Langsung Jalan-Jalan

Para ahli dan profesional medis masih berusaha mencari tahu apa yang membuat vaping berbahaya. Tetapi mereka yakin, vaping menyebabkan peradangan di paru-paru dan mulut, keduanya ini berkaitan dengan peningkatan risiko kanker.

Penelitian yang dilakukan pada tikus juga menunjukkan zat dalam uap vape meningkatkan risiko pada kanker.

Ilustrasi sosis bakar, memasak bersama anak isi liburan sekolah. (Shutterstock)
Ilustrasi sosis bakar, memasak bersama anak isi liburan sekolah. (Shutterstock)

3. Bukti yang menghubungkan daging merah dan daging olahan dengan berbagai jenis kanker.

Ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa daging olahan, seperti hot dog, ham, dan bacon, meningkatkan risiko kanker ginjal dan usus. Sebagian karena nitrat yang digunakan untuk mengawetkan makanan tersebut.

Daging merah juga telah dikaitkan dengan kanker kolorektal bahkan dalam jumlah sedang, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan tahun ini.

Dan segala jenis daging yang dipanggang dalam suhu tinggi telah ditemukan dapat memicu reaksi kimia, membentuk karsinogen.

Namun, sebuah studi kontroversial pada September menunjukkan makan daging merah dan daging olahan sebenarnya tidak dapat meningkatkan risiko kanker, penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya.

Penelitian tersebut, yang menganalisis dari bukti sebelumnya melaporkan, manfaat kesehatan dari mengurangi konsumsi daging masih minim dibandingkan dengan kenikmatan yang didapat saat memakannya.

Tetapi ahli kesehatan masyarakat dan profesional medis masih menyarankan untuk mengurangi memakan sosis atau daging olahan lainnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI