"Karena bisa ulang menyerang melalui kelenjar getah bening otot, ketika tidak ada gerakan, maka bisa tidak akan sampai pada fase sistemik," jelas Erik.
Tapi, jika imobilisasi bisa dilakukan dengan tepat selama waktu yang ditentukan, bisa ular justru akan keluar dengan sendirinya. Tapi, untuk berjaga-jaga, maka kita perlu datang ke rumah sakit.
Kesalahan dalam pertolongan pertama
Banyak orang salah melakukan imobilisasi, hanya sekedar diikat di satu sisi, tidak secara keseluruhan, dan tidak diganjal kayu sebagai peyangga untuk menjaga area yang digigit tidak bergerak. Cara ini sama sekali tidak berguna, karena otot masih tetap bergerak, dan bisa memicu amputasi.
Baca Juga: Warga Diteror Ular, Wali Kota Depok Ingatkan Pentingnya Menjaga Kebersihan
"Tidak ada fungsinya sama sekali, karena penularan melalui kelenjar getah bening. Jadi harusnya tidak diamputasi, bisa jadi diamputasi karena orangnya bergerak," jelasnya.
Ketika bisa ular kobra sudah menjalar ke seluruh tubuh, biasanya akan langsung menyerang saraf. Tandanya adalah pita suara tidak bisa bekerja dan kelopak mata sulit untuk terbuka. Jika sudah menunjukkan gejala itu, harus cepat-cepat dilarikan ke rumah sakit.
"Ketika masuk fase sistemik, sudah menjalar, tergigit ular keluarga jenis kobra, itu jenis neurotoksin, biasanya pita suara agak susah, kelopak mata sudah mulai susah terbuka, itu artinya harus disuntik serum antisistemik," jelasnya.
Sebagai catatan, jumlah bisa ular kobra yang bisa menimbulkan efek fatal di tubuh manusia adalah sebanyak 15 miligram. Sedangkan, sekali gigit, ular kobra akan mengeluarkan 200 miligram bisa.
"Kadang juga di ular berbisa itu ada yang namanya gigitan kosong, ketika gigit kemungkinan tidak ada bisanya. Tapi tetap saja harus ke rumah sakit, atau pertolongan pertama dulu, baru ke rumah sakit," tutupnya.
Baca Juga: Heboh Penemuan Ular, Menkes Akan Petakan Kebutuhan Serum Antibisa di RS