Kanker Menjalar ke Otak
Usai operasi kanker di Februari 2017, kesehatan Hadi berangsur membaik. Dalam waktu cukup lama, tubuhnya bersih dari kanker.
Tapi, November 2017, Hadi merasa keleyengan ketika bangun tidur pagi hari. "Kebetulan itu menjelang pemeriksaan rutin. Jadi, saya biarkan dan tunggu jadwal ketemu dokter. Begitu ketemu dokter, langsung di PET Scan dan MRI. Ternyata ada banyak kanker di kepala," katanya soal penyebaran kankernya.
Meski sudah terbiasa dengan kehadiran kanker di tubuhnya, tak urung Hadi kaget juga dengan kanker di kepalanya itu. "Karena saya tahu, kanker di otak itu termasuk sulit ditangani. Dokter waktu itu juga sempat bilang, menurut statistik, kemungkinan hidup saya antara 6 bulan sampai 12 bulan," kenangnya.
Baca Juga: Tumbuh Benjolan di Pergelangan Kaki Wanita Ini, Ternyata Kanker Paru-Paru
Keluar dari ruang dokter, Hadi berpandangan dengan istri. Mereka berdua tertawa getir mendengar 'vonis' dokter.
Tindakah pengobatan segera diambil. Kali ini disinar sebanyak 5 kali. Selesai disinar, diperiksa, ukuran kanker mengecil.
Tepat setahun kemudian, kanker di kepala muncul lagi. Kebetulan, jadwal pemeriksaan hari itu bertepatan dengan ulang tahun perkawinan Hadi dan istri. "Saya dan istri sudah bikin rencana, nanti abis periksa mau makan di mana. Eh, dapat berita hasil pemeriksaan ada kanker di 3 titik di kepala, 2 cm. Dokter kembali bilang, kemungkinan hidup saya sekian-sekian," kata Hadi.
Kembali Hadi hanya tertawa berdua istri. Rencana makan-makan setelah pemeriksaan tetap lanjut. Setelah itu, ia langsung disinar lagi sebanyak 5 kali.
"Waktu itu dokter juga kasih saran saya suruh cairkan rekening bank. Saya nggak mau. Kalau saya mau, berarti saya siap mati. Saya belum mati, saya juga nggak tahu apakah saya akan mati atau nggak. Saya nggak mau termakan omongan dokter. Semua penyakit, gak hanya kanker, punya risiko untuk bikin mati," tuturnya bersemangat.
Penyintas kanker paru stadium 4 ini bukannya tak tahu kalau sangat kecil kemungkinan bagi orang dengan riwayat penyakit sepertinya untuk sembuh. "Saya pernah cari-cari info di Google, stadium 4 kemungkinan hidup survivor ada berapa persen, sih? Ternyata nggak ada referensinya," katanya sambil tertawa lepas.
Meski begitu, ia tetap percaya, bagi Tuhan, kalau Tuhan berkehendak, sembuh ya sembuh saja. "Tuhan nggak akan lihat stadiumnya," ujarnya yakin. Afirmasi positif dan berserah diri sambil tetap berusaha yang terbaik, sepertinya itulah kunci ia menikmati perjalanan penyakitnya selama 5 tahun ini.
Baca Juga: Dokter Sebut Vape dan Rokok Sama-sama Berisiko Bikin Kanker Paru, Kenapa?