Suara.com - Bank Sperma Ini Terima Donor dari Pengidap HIV Positif, Apa Alasannya?
Terobosan baru untuk menghilangkan stigma pada pengidap HIV positif dilakukan sebuah bank sperma di Selandia Baru. Mereka menerima donor sperma yang berasal dari pengidap HIV. Apa alasannya?
Seperti diketahui, HIV menular lewat cairan tubuh pengidapnya. Penularan HIV rawan terjadi dari transfusi darah, penggunaan jarum suntik tidak steril, dan hubungan seks tanpa pengaman.
Di sisi lain, HIV tidak akan menular melalui air liur dan keringat. Hal ini sudah terbukti ilmiah, karena kandungan virus HIV di dua media tersebut sangat kecil dan tidak berpotensi menular.
Baca Juga: Puger Mulyono, Sosok Pendobrak Stigma tentang Anak Penderita HIV/AIDS
Prinsip ini yang digunakan oleh bank sperma di Selandia Baru tersebut. Dilansir DW Indonesia, ketiga lelaki dengan HIV positif yang telah mendaftar untuk jadi donor di bank sperma tersebut memiliki 'muatan virus yang secara konsisten tidak terdeteksi.'
Ini berarti orang dengan HIV yang secara konsisten menjalani pengobatan tidak dapat menularkan virus kepada orang lain, menurut para ahli medis.
"Bank sperma dengan HIV positif ini sangat aman," kata dokter penyakit menular dan profesor dari Universitas Auckland, Mark Thomas, dalam sebuah pernyataan yang mendukung peluncuran bank sperma bernama Sperm Positive ini.
"Ketika seseorang secara konsisten menjalani pengobatan yang efektif melawan infeksi HIV mereka, jumlah virus HIV dalam darah dan cairan seksual mereka hampir selalu berkurang menjadi jumlah yang tidak terdeteksi," tambahnya.
Memiliki 'jumlah yang tidak terdeteksi' berarti bahwa seseorang dengan virus HIV tidak dapat menularkannya melalui hubungan seks atau melalui proses melahirkan anak, menurut Thomas.
Baca Juga: Ini Alasan Anda Harus Jujur Ketika Didiagnosis Mengidap HIV/AIDS
Mencari donor adalah proses yang mudah, tetapi membuat orang untuk berterus terang tidak mudah, karena masih banyak orang yang tidak ingin berbicara secara terbuka tentang status mereka.
Rodrigo Olin dari Yayasan New Zealand AIDS, salah satu organisasi yang memprakarsai proyek itu, mengatakan kepada Radio Selandia Baru bahwa orang yang hidup dengan HIV sering takut memberi tahu orang lain.
"Sayangnya, stigma itu masih mendorong orang untuk tidak mengungkapkan status HIV mereka," katanya.
"Sebelumnya kita (pengidap virus HIV) tidak bisa menyumbangkan sperma dan menciptakan kehidupan, dan sekarang kita bisa," tutup Olin. (DW Indonesia)