Kemendikbud Pakai Konsep Ki Hajar Dewantara Perkuat Karakter Usia SD

Kamis, 19 Desember 2019 | 10:54 WIB
Kemendikbud Pakai Konsep Ki Hajar Dewantara Perkuat Karakter Usia SD
Ilustrasi sekolah kekurangan guru. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kemendikbud Pakai Konsep Ki Hajar Dewantara Perkuat Karakter Usia SD

Belajar selagi kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah besar bagai melukis di atas air'. Seperti ungkapan tersebut, para ahli memang banyak yang membenarkan jika pendidikan karakter haruslah dimulai sedini mungkin termasuk di tingkat Sekolah Dasar (SD).

Sadar hal itu, maka Kemendikbud sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter anak di usia dini, kementerian yang dipimpin Nadiem Makarim ini, akan maksimalkan pendidikan karakter dengan porsi 70 persen dibanding pengetahuan umum.

Direktur Pembinaan Sekolah Dasar Kemendikbud Dr. H. Khamim M.Pd [Suara.com/Dini]
Direktur Pembinaan Sekolah Dasar Kemendikbud Dr. H. Khamim M.Pd [Suara.com/Dini]

"Iya memang perlu, karena SD ini sesuai dengan Perpres-nya presiden 87 tahun 2017, kita itu kan 70 persen untuk penguatan pendidikan karakternya untuk SD ya," ujar Direktur Pembinaan Sekolah Dasar Kemendikbud Dr. H. Khamim, M.Pd di Kemendikbud, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (19/12/2019).

Baca Juga: Kemendikbud Pakai Peran Duta Cilik Sebarkan Semangat Belajar Anak-Anak SD

Uniknya, dalam penerapannya Kemendikbud menggunakan konsep Ki Hajar Dewantara yakni olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga yang dipercaya mampu mengintegrasikan atau menggabungkan sistem pembelajaran dan pendidikan karakter yang ada.

"Jadi di situ ada literasinya, sehingga kita harapkan menggunakan konsepnya Ki Hajar Dewantara dengan olah hati, secara kecerdasan spiritual dia punya," papar Dr. Khamim.

Meski kemampuan spiritual di utamakan, dalam hal ini nilai-nilai agama karakter yang diperkuat melalui hubungan dia dengan tuhannya, apakah perbuatan boleh tidak dilakukan, berdosa atau tidak. Menyusul kemudian olah rasa, dimana anak-anak belajar tentang nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan persaudaraan, serta etika kemanusiaan. 

Selanjutnya, yakni kemampuan berpikir pengetahuan dan intelektual, dilanjut kemampuan bergerak secara fisik, karena biar bagaimanapun manusia haruslah aktif bergerak agar sehat. Meski otak mampu berpikir, tapi tanpa fisik yang sehat semuanya akan percuma dan tetap jadi beban negara.

"Yang kedua olah rasa kecerdasan sosial dan kecerdasan emosional dan sosialnya. Kemudian olah pikir dengan kecerdasan intelektualnya, kemudian olah raga kecerdasan estetiknya," jelasnya.

Baca Juga: Bakal Dihapus, Kemendikbud: Ujian Nasional Cuma Untungkan Lembaga Bimbel

"Itu harapan kita dengan 4 hal ini paling tidak anak-anak kita insya allah cerdas tapi spiritualnya bagus, dia memiliki kemampuan hebat," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI