Suara.com - Kaleidoskop Kesehatan 2019: Siswa SMA Temukan Obat Kanker dari Akar Bajakah
Tiga orang siswa SMAN 2 Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, viral setelah memenangkan medali emas pada ajang World Invention Creativity Olympic 2019. Penyebabnya, mereka menemukan kandungan yang bermanfaat sebagai obat kanker pada akar bajakah, tanaman tradisional dari Kalimantan.
Yazid Rafli Akbar, Aysa Aurealya Maharani, dan Anggina Rafitri, dibantu seorang guru pembimbing bernama Helita, menemukan bahwa minum rebusan akar bajakah bisa membantu menyembuhkan kanker. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kedua siswi tersebut terhadap dua ekor tikus yang sudah diberi sel tumor, terapi akar bajakah ternyata dapat membuat sel tumor mengecil hingga musnah dalam waktu dua bulan.
Bagaimana cara penggunaannya? Tanaman ini dikeringkan, dicacah lalu direbus selama 30 menit hingga mendidih dan dijadikan ramuan tanaman bajakah. Setelah diteliti, akar bajakah mengadung lebih dari 40 macam zat yang bermanfaat untuk menyembuhkan kanker/
Baca Juga: Belum Diteliti Ilmiah, Dokter Onkologi Tegaskan Bajakah Bukan Obat Kanker
"Di antaranya saponin, terpenoid, flavonoid, alkonoid, tannin, dan steroid," jelas Anggina.
Temuan ini pun mendapatkan apresiasi dari banyak pihak, termasuk presiden Joko Widodo. Menurut Jokowi, riset tentang akar bajakah sangat berpotensi memajukan kesehatan Indonesia.
"Saya kira ini sebuah riset yang dilakukan anak-anak menemukan penemuan besar. Tapi itu kan baru nanti ada tindak lanjutan menuju ke sebuah penelitian yang lebih detail," kata Jokowi di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (15/8).
Respons dari Peneliti dan Pakar
Viralnya akar bajakah sempat membuat ramai orang mencarinya. Namun hal ini mendapat perhatian khusus dari peneliti dan pakar kesehatan, yang meminta temuan ini jangan dipercaya mentah-mentah sebelum diteliti lebih lanjut.
Baca Juga: Dukung Peneliti Muda, Menkes Minta Penelitian Akar Bajakah Masuk Litbangkes
Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG, MPH, Wakil Direktur Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI), Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menyebut di sinilah peran peneliti dibutuhkan. Sebabnya untuk membuat akar bajakah sebagai obat, diperlukan serangkaian tes dan penelitian.
Menurut Prof Iko, pengertian obat adalah zat aktif yang sudah dibuktikan secara ilmiah memberikan dampak pengobatan. Sehingga air rebusan akar bajakah yang dikonsumsi tidak bisa disebut sebagai obat.
Penggunaan tanaman atau bagian dari tanaman, baik itu daun, akar, ataupun batang, yang digunakan secara utuh atau diminum air rebusannya, lebih tepat disebut sebagai jamu.
"Nah prosesnya itu namanya penelitian. Jadi setelah ditemukan zatnya, dites lagi di laboratorium soal dosis. Diujikan ke binatang, uji klinis ke manusia, baru bisa dikomersilkan sebagi obat," urai Prof Iko, Jumat (16/8).
Pendapat yang sama juga dikeluarkan oleh Dr.dr.Andhika Rachman, SpPD-KHOM, seorang pakar onkologi medik. Sebelum diberikan kepada pasien, akar bajakah harus melalui penelitian dan uji klinis terlebih dahulu untuk membuktikan keamanannya.
Menurut Andhika, obat herbal memang mengandung serangkaian zat aktif yang punya beragam manfaat. Contohnya superbetakaroten yang meregenerasi sel, sehingga sel yang mati akibat kanker tumbuh kembali atau kandungan antioksidan di buah sirsak bisa menekan sel kanker.
Tapi semuanya harus jelas terukur kandungannya, serta apa efek sampingnya saat dikonsumsi. Nah, hal ini baru bisa ditemukan jika penelitian dilakukan secara ilmiah.
"Berapa tahun lalu ketika buah merah booming, orang ramai-ramai tinggalkan minum obat HIV, apa yang terjadi? sembuh tapi jalannya di tanah kusir (meninggal). Seperti itu yang terjadi, ini penyesatan media yang harus diluruskan, bukan berarti alergi obat herbal, semua obat herbal adalah kimia, kalau herbal kenapa itu bisa bikin efek samping?" tegasnya.
Penelitian Bajakah Dilanjutkan Litbangkes
Dukungan datang juga dari Menteri Kesehatan Prof Nila Moeloek. Ia mengaku bangga dengan penelitian yang dilakukan oleh para siswa SMA ini karena mengedepankan tanaman asli Indonesia.
Bahkan ke depannya, Menkes meminta agar Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) untuk melanjutkan penelitian tentang akar bajakah.
"Kita (pemerintah) mendorong untuk anak-anak agar ide-idenya difasilitasi. Nanti ada Litbangkes yang ingin neneliti sampai betul-betul bisa bermanfaat bagi masyarakat," ujar Menkes Nila (26/8).
Ia menambahkan, melalui penelitian tersebut, akan diketahui materi di dalam bajakah secara terpadu.
"Kalau sudah dapat materinya, kita uji menggunakan binatang. Kalau ternyata bagus, kita uji lagi dengan manusia," lanjutnya.
Apabila setelah diuji pada manusia juga memiliki hasil yang bagus, Nila Moeloek mengatakan bajakah ini suatu saat dapat menjadi produk obat.
Demi mewujudkannya, Kementerian Kesehatan RI akan memberi motivasi serta dorongan terkait pengembangan bajakah menjadi obat kanker.
"Nanti kita memotivasi atau melakukan pendorongan, tapi harus melalui penelitian," tutup Nila.