Suara.com - Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan stunting menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia. Hal ini sangat berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia yang merupakan salah satu kunci kesuksesan suatu negara.
Berdasarkan data terakhir, jumlah AKI di Indonesia adalah sebesar 305 jiwa per 100.000 ibu, sedangkan AKB sebesar 24 jiwa per 1.000 bayi. Adapun angka stunting di Indonesia sebesar 30,8%. Angka ini masih jauh dari batas maksimal stunting yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebesar 20%.
Namun, dua daerah di Indonesia yakini Kupang dan Indramayu telah berhasil menurunkan AKI dan AKB selama periode 2018-2019. Melalui penyedia layanan kesehatan jarak jauh, solusi kesehatan maternal, TeleCTG angka AKI dan AKB menurun.
Baca Juga: Kegiatan Donor Darah Efektif Turunkan Angka Kematian Ibu, Kok Bisa?
dr. H. Deden Bonni Koswara, MM., Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu mengatakan, Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu menggunakan TeleCTG sebagai salah satu upaya intervensi AKI, AKB dan stunting di wilayah Indramayu. Melalui layanan kesehatan maternal ini, para bidan terbantu dalam mendeteksi faktor risiko ibu hamil, serta melakukan intervensi tepat sasaran sehingga dapat dikelola dengan baik.
"Sehati TeleCTG telah membantu 126 bidan, 892 ibu hamil, dan mendeteksi 167 ibu hamil berisiko. Penggunaan aplikasi Sehati TeleCTG di Kabupaten Indramayu ikut berperan dalam penurunan AKI dan AKB yang cukup signifikan, yaitu AKI yang pada 2018 sebanyak 61 jiwa, menurun menjadi 34 jiwa pada 2019. Sedangkan AKB yang semula 242 jiwa pada 2018, menurun menjadi 215 jiwa pada 2019," ucap Deden.
Di tempat yang sama, Mariana A. Sailana, S.Tr. Keb., Pengelola KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang mengatakan, Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang juga telah menggunakan solusi TeleCTG di 14 puskesmas sejak Desember 2018. Dengan teknologi Sehati TeleCTG.
"Sebanyak 47 bidan berhasil memeriksa 1.471 ibu hamil, dan mendeteksi 991 ibu hamil berisiko. Kami juga berhasil menurunkan AKI dari sebelumnya 8 jiwa menjadi 5 jiwa. Faktor risiko kehamilan yang umumnya kami deteksi adalah anemia, kehamilan terlalu dekat, serotinus, kurangnya nutrisi ibu dan usia terlalu tua," tambah Mariana.
Dijelaskan oleh dr. Ari Waluyo, Sp.OG, Co-Founder & Chief Executive Officer Sehati Group, solusi Sehati TeleCTG memiliki beberapa fungsi, yaitu panduan lengkap mingguan kehamilan; deteksi faktor risiko tinggi; perhitungan kontraksi dan tendangan bayi; interpretasi hasil pemeriksaan dan konsultasi langsung dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan; serta penyediaan data realtime yang membantu stakeholder dalam membuat keputusan, kebijakan, dan proyeksi lebih jelas.
Baca Juga: Angka Kematian Ibu Pasca-Melahirkan di Amerika Serikat Meningkat
"Selain di dalam negeri, pihaknya juga memberikan solusi kesehatan maternal untuk backbone jaringan 5G di 4 negara berkembang, yaitu Columbia, Peru, Chili, dan Argentina. Kerja sama dengan Columbia akan dilakukan pada Februari 2020 untuk pemenuhan solusi Sehati TeleCTG di 3.000 desa," kata dokter Ari Waluyo.