Suara.com - Umumnya, wanita yang memiliki risiko kecil dalam persalinan dan tidak ingin mendapat epidural akan memilih melahirkan dengan media air atau water birth. Sebab metode ini memberikan pengalaman yang terasa lebih alami, kata Ami Burns, tenaga pendidik dan pemilik Birth Talk.
"Mereka menemukan berendam di dalam bak memberikan kenyamanan lebih saat kontraksi daripada saat melahirkan di darat'," tutur Burns, melansir Parents.
Tapi bukan berarti water birth bebas dari rasa sakit. Faktanya, rasa sakit dengan metode water birth sama seperti melahirkan dengan metode lain.
"(Bedanya) lingkungan lebih santai dan menenangkan karena metode ini menawarkan pengalaman yang lebih menyenangkan," jelas David Ghozland, MD, seorang obgyn yang berpraktik di Santa Monica, California.
Baca Juga: Aman, Teknik Water Birth Teruji Membuat Komplikasi Lebih Rendah
Water birth juga memiliki sejumlah risiko dan potensi komplikasi, beberapa di antaranya bisa serius. Mulai dari infeksi, aspirasi meconium, hingga tenggelam.
Pada 2016, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyarankan agar water birth tidak diberikan, karena kurangnya data yang tersedia.
"Ada data yang tidak cukup untuk menarik kesimpulan mengenai manfaat dan risiko relatif dari water birth selama tahap kedua persalinan," tulis ACOG.
Namun, organisasi profesional seperti Royal College of Obstetricians and Gynaecologists dan American College of Nurse–Midwives mendukung water birth dalam situasi tertentu.
"Perempuan harus diberi kesempatan untuk tetap berendam selama persalinan dan kelahiran jika mereka ingin melakukannya, dalam konteks proses pengambilan keputusan dilakukan bersama dengan penyedia layanan kesehatan. Proses ini mencakup penilaian ibu dan janin terkait," tulis mereka.
Baca Juga: Amankah Melahirkan Berkonsep Water Birth?