Diduga Stres Tugas Sekolah, Gadis 17 Tahun Ini Kejang sampai Hilang Ingatan

Rabu, 11 Desember 2019 | 06:35 WIB
Diduga Stres Tugas Sekolah, Gadis 17 Tahun Ini Kejang sampai Hilang Ingatan
Ilustrasi Remaja Hilang Ingatan (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rafaela Domingos, remaja 17 tahun asal Ashford, Kent, Inggris, mengalami kejang di sekolahnya hingga membuat kedua orangtuanya khawatir. Rafaela Domingos pun segera dilarikan ke rumah sakit.

Sedihnya, setelah beberapa waktu mengalami kejang di sekolah, Rafaela sempat tak mengenal kedua orangtuanya saat sadar.

Beberapa jam kemudian, ingatan Rafaela pun kembali. Namun, ingatan gadis ini kembali hilang dan baru mengenali kedua orangtuanya ketika bangun tidur esok harinya. Ia pun kembali dibawa ke rumah sakit.

Tim medis sempat mengira kondisi yang dialami oleh Rafaela Domingos karena stres akibat pekerjaan rumah atau tugas sekolahnya.

Baca Juga: Ada 4 Jenis Nyeri Sakit Kepala Belakang, Ketahui Penyebabnya!

"Itu bagaikan mimpi buruk bagi setiap orangtua, karena dia tidak bisa mengingat saya dan ayahnya sendiri. Ada ketakutan kalau dia hilang ingatan, rasanya seperti kami kehilangan dia," kata Florbela, ibu Rafaela, dikutip dari mirror.co.uk.

Amnesia dan hilang ingatan akibat gegar otak karena kecelakaan. (Shutterstock)
Amnesia dan hilang ingatan akibat gegar otak karena kecelakaan. (Shutterstock)

Dokter mengira kondisi Rafaela disebabkan oleh stres tugas sekolah setelah mendengar cerita dari kedua orangtuanya. Florbela mengatakan tingkah laku anaknya belakangan memang sedikit aneh, salah satunya berjalan sambil tidur.

Tak hanya itu, kedua orangtuanya juga sering melihat Rafaela melamun dan kejang. Tetapi, Rafaela mengalami kejang paling parah di sekolahnya pada hari itu.

Karena ingatan Rafaela terkadang hilang dan kembali lagi, dokter lantas menduga ada sesuatu yang lebih serius. Akhirnya, dokter terus melakukan pemeriksaan terhadap penyebab hilangnya ingatan Rafaela.

Setelah melakukan sejumlah pemeriksaan, dokter akhirnya mendiagnosis Rafaela menderita ensefalitis atau pembengakakan otak berat. Hanya saja, dokter belum mengetahui penyebab Rafaela menderita pembengkakan otak.

Baca Juga: Cegah Infeksi hingga Atasi Kejang, Ini Sederet Manfaat Minyak Kelapa

Ilustrasi perkembangan otak anak. (Shutterstock)
Ilustrasi perkembangan otak. (Shutterstock)

Karena penyakitnya itu, Rafaela membutuhkan perawatan katatonik yang merupakan perubahan plasma keseluruhan.

"Awalnya dia menjalani pengobatan anti-inflamasi dan mendapat tusukan lumbar. Tetapi, pengobatan itu tidak berhasil dan penyebab penyakitnya sendiri belum diketahui," ujar sang ibu.

Setelah menjalani pengobatan dan radioterapi, Rafaela mulai bisa menggerakkan lengannya. Bahkan dia bisa kembali tersenyum meski ingatannya belum kembali.

Sejak pertama kali didiagnosis, Rafaela sudah menjalani perawatan di rumah sakit selama 2 bulan dan harus minum obat 26 tablet sehari. Rafaela pun perlahan kembali hidup normal dan ia sangat bersyukur penyakitnya didiagnosis sejak masih awal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI