Suara.com - Gaya Rambut Ponytail Ala Ariana Grande Punya Efek Buruk untuk Rambut?
Saat udara panas menyerang atau ingin lebih mudah beraktifitas, biasanya kaum hawa akan mengatur gaya rambutnya senyaman mungkin. Kebanyakan perempuan akan memilih gaya kuncir kuda atau ponytail.
Sayangnya, sebuah penelitian mengungkap gaya rambut ini bisa memicu gangguan kesehatan kepala khususnya penyakit saraf, seperti alopecia.
Gaya ini sempat menjadi viral, setelah penyanyi Ariana Grande menggunakannya sebagai gaya ikonik, dan diakui itu membuatnya kesakitan.
Baca Juga: Makeover Habis-habisan, Komedian Ini Merasa Jadi Kembaran Ariana Grande
"Ini terjadi karena ada saraf yang sangat sensitif khususnya mendeteksi rasa sakit di kulit kepala. Ketika ada daya tarik pada rambut, awalnya memang tidak sakit, tapi karena terjadi terus menerus, saraf di kepala akan semakin sensitif. Pada akhirnya, saraf akan semakin sensitif, sehingga mengirimkan sinyal rasa sakit itu ke otak," jelas Profesor Wade Cooper sekaligus Direktur University of Michigan Headache and Neuropathic Pain Clinic mengutip Huffpost, Senin (9/12/2019).
Maka, semakin sering menggunakan gaya rambut kuncir kuda, maka semakin sensitif pula saraf di bagian kepala. Bahkan, nantinya walau ikatan tidak terlalu kencang pun efeknya akan sama menyakitkannya.
Fenomena sakit ini juga dinamai Allodynia oleh Asisten Profesor Neurologi Kiran Rajneesh, Direktur Divisi Nyeri Neurologis, The Ohio State Universitu Wexner Medical Center.
"Allodynia adalah istilah medis khusus untuk menggambarkan sensasi sentuhan yang dirasakan sebagai rasa sakit oleh otak. Dengan kuncir ekor kuda, maka akan dianggap sebagai rasa sakit kepala oleh otak," jelas Rajneesh.
Fenomena allodynia juga bisa diumpamakan seperti rasa sakit karena menyisir, atau mencukur jenggot di wajah. Stimulus yang tadinya tidak menyakitkan jadi menyakitkan.
Baca Juga: Ariana Grande Jadi Babi saat Halloween, Warganet: Gue yang Jaga Lilin!
"Kami tidak berharap sensasi kuncir kuda bisa sangat menyakitkan, tapi ini bisa terjadi karena saraf kulit kepala yang superfisial menjadi sangat sensitif," imbuh Asisten Profesor Neurologi Deena Kuruvilla, Yale School of Medicine.