Suara.com - Kekasih Keanu Reeves, Alexandra Grant (46), mengaku dirinya sudah tidak dapat menolerir racun yang terkandung dalam pewarna rambut. Itulah mengapa ia sekarang membiarkan rambutnya yang memutih diketahui publik.
"Aku beruban dini di awal usia 20-an dan pernah mewarnai rambutku dengan banyak warna sampai aku tidak bisa lagi menolerir racun dari pewarna rambut itu lagi," tulisnya dalam unggahan Instagram, Kamis (5/12/2019).
Dalam unggahan tersebut, Grant juga mengunggah tangkapan layar sebuah berita berjudul "Kanker Payudara Berkaitan dengan Pewarna Rambut Permanen dan Obat Pelurus Rambut dalam Studi pada Hampir 50.000 Wanita", dari laman Newsweek.
Grant juga bercerita bahwa ia sudah tidak mengecat rambut lagi sejak usia 30 tahun, dan mengaku bahwa mengikuti standar kecantikan tidak sebanding dengan risiko kesehatannya.
Baca Juga: Pacar Keanu Reeves Membiarkan Rambut Beruban, Ternyata Ada Alasan Logis
Pewarna rambut permanen dapat menyebabkan perubahan kimiawi yang berlangsung lama pada batang rambut. Terkadang pewarna ini disebut dengn 'pewarna tar batubara' kerena kandungan di dalamnya.
Melansir Cancer.org, produk ini mengandung zat tidak berwarna seperti amina aromatik dan fenol, tetapi jika digabungkan dengan hidrogen peroksida, melalui reaksi kimia zat-zat ini menjadi zat pewarna.
Pewarna rambut yang lebih gelap cenderung menggunakan lebih banyak zat pewarna ini.
Berdasarkan Poison.org, bahkan ketika pewarna rambut digunakan sesuai petunjuk, efek kesehatan yang berbahaya mungkin masih dapat terjadi.
Sebanyak 25 bahan berbeda dalam pewarna rambut dapat menyebabkan efek kulit yang berbahaya. Salah satu penyebab utamanya adalah zat perantara primer paraphenylenediamine (PPD).
Baca Juga: Pewarna dan Obat Pelurus Rambut Dinilai Tingkatkan Risiko Kanker Payudara
Jika bersentuhan dengan kulit, zat ini dapat menyebabkan iritasi, seperti kemerahan, luka, gatal, dan terbakar. Kadang-kadang, reaksi alergi terjadi dan melibatkan pembengkakan pada wajah dan leher yang menyebabkan kesulitan bernapas. Efek racun ini dapat terjadi segera atau sehari setelah kontak dengan kulit.