Dokter Sebut Vape dan Rokok Sama-sama Berisiko Bikin Kanker Paru, Kenapa?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 05 Desember 2019 | 22:01 WIB
Dokter Sebut Vape dan Rokok Sama-sama Berisiko Bikin Kanker Paru, Kenapa?
Ilustrasi kanker paru. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dokter Sebut Vape dan Rokok Sama-sama Berisiko Bikin Kanker Paru, Kenapa?

Kanker paru merupakan salah satu penyakit ganas bagi lelaki yang masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan data yang ada dari Kementerian Kesehatan per Januari 2019, angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk lelaki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata–rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk.

Angka kejadian penyakit Kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya pertumbuhan sel kanker paru-paru, salah satu faktor terbesarnya adalah merokok, termasuk rokok elektrik alias vape.

"Di dalam rokok terdapat 2 komponen yaitu ada tar dan nikotin. Nikotin untuk bikin ketagihan atau adiksi, sedangkan kalau tar adalah komponen padat. Ada 6.000 zat kimia dan 40 zat karsinogen langsung yang dapat memicu sel kanker. Selain itu, penggunaan vape sebagai pengganti rokok juga tidak disarankan karena mengandung nikotin," tutur dr. Sita Andarini, SpP(K), PhD, dalam siaran pers yang diterima Suara.com.

Baca Juga: Langka dan Mematikan, Kanker Paru ALK Positif Bisa Diobati di Indonesia?

Bahkan menurutnya, risiko bahaya vape untuk paru sudah terbukti ilmiah.

"Saat ini bahkan ada penyakit paru akibat vape yaitu evali, khusus kerusakan paru akibat vape. Bahkan kami melakukan penelitian terhadap para pengguna vape dan menemukan bahwa hasil nikotinnya lebih tinggi dibandingkan perokok biasa," imbuhnya lagi.

dr. Arif R. Hanafi, SpP(K) mengatakan angka tahan hidup pasien kanker bisa diperpanjang jika kanker masih ada dalam stadium I, II, dan IIIa.

MRCCC Siloam Hospitals Semanggi bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menyelenggarakan seminar dalam rangka bulan peduli kanker paru. (Dok. Siloam)
MRCCC Siloam Hospitals Semanggi bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menyelenggarakan seminar dalam rangka bulan peduli kanker paru. (Dok. Siloam)

"Tujuan kami adalah membuat bagaimana penyakit itu menjadi kronik. Jadi, tidak apa-apa penyakitnya ada tapi tenang. Yang diharapkan pasien kronik dapat bertahan hidup hingga 5 tahun," terangnya.

Dalam rangka mengoptimalkan upaya pencegahan dan pengendalian kanker paru di Indonesia, MRCCC Siloam Hospitals Semanggi bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menyelenggarakan seminar dalam rangka bulan peduli kanker paru bertema 'Pencegahan, Deteksi Dini, dan Pengobatan Kanker paru Terkini' baru-baru ini.

Baca Juga: Batuk Infeksi VS Batuk Gejala Kanker Paru, Bagaimana Membedakannya?

Dalam seminar ini dibahas juga rangkaian tema besar mengenai kanker paru mulai dari Prosedur diagnostik kanker paru terkini, pengobatan presisi pada kanker paru bukan sel kecil, Landscape pengobatan kanker paru bukan sel kecil, Perawatan paliatif pada kanker paru, Peran radiologi pasca terapi kanker paru, dan Peranan patologi klinik pada evaluasi terapi kanker paru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI