Suara.com - Kisah Ivan, Driver Ojek Online Pengidap Disabilitas Tunarungu
Tidak ada satupun manusia di muka bumi yang bisa memilih takdirnya. Begitupun dengan Ivan Octa Putra (29) yang harus kehilangan pendengarannya di usia 3 bulan saat berada di dalam pesawat.
Hebatnya, setelah kehilangan pendengaran Ivan ternyata tetap bertumbuh secara mandiri hingga berkuliah di UNIKOM, Bandung mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual dan sedang menempuh tugas akhir untuk meraih gelar S1.
Baca Juga: Cita-cita Indonesia di Hari Disabilitas Internasional
Keadaan yang serba terbatas tak lantas menjadikan gerak Ivan serba terbatas. Buktinya ia bisa hidup seorang diri di Bandung sambil berprofesi sebagai fotografer freelancer. Tidak berhenti di sana, Ivan juga sudah 1 tahun lamanya menjadi pengemudi transportasi online.
Pada awal-awal anak kedua dari lima bersaudara ini mengaku sempat takut dan khawatir berhadapan dengan penumpang, karena keterbatasan komunikasi. Hingga akhirnya oleh Grab ia diberi pelatihan dan fasilitas untuk dasar berkomunikasi dengan penumpang.
"Awalnya sulit karena belom ada aksesnya. Penumpang ngomong apa. Pas awal ada telepon, saya mematikan teleponnya dan message. Sekarang udah nyaman dan alhamdulliah. Udah ada cara untuk nepuk pundak saat harus berbelok. Denhan adanya inisiatif Grab, adanya akses bekok kiri kanan, kita jadi nyaman dan tau apa yang diinginkan penumpang. Ada panduan isyaratnya, udah sampai atau apa," jelas Ivan di The Westin Jakarta, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (3/12/2019)
Uniknya, karena kemudahan komunikasi ini sesekali Ivan mengajarkan cara berterimakasih menggunakan bahasa isyarat kepada penumpangnya. Dengan caranya ia juga kerap sesekali ngobrol dan bercanda dengan penumpang, tak jarang juga ada penumpang yang suka curhat.
Pengalaman pahit oleh penumpang
Baca Juga: Ma'ruf: Penyandang Disabilitas Mampu Berikan Kontribusi Besar untuk Negara
Laki-laki kelahiran Riau ini juga tidak menampik jika ada pengalaman pahit selama ia menjadi driver online, dan mendapati beragam jenis penumpang aneh bahkan cenderung menyeramkan, seperti mendapat anak muda yang mabuk-mabukkan.
"Di waktu malem-malem ada order, saya tanya udah sesuai aplikasi ya. Pas sampai di sana, perawakan metal dan kaya mabok, aroma alkoholnya kuat. Saya tetap anterin, untung sampai sana tidak terjadi apa-apa," ungkap Ivan.
Hal yang membuat hatinya cukup tergores adalah, pada saat itu Ivan sudah memakai alat bantu dengar dan sedikitnya ia mendengar percakapan anak-anak muda itu dan mengejek keadaannya, karena dari kartu di belakang kemudi ada keterangan ia sebagai tunarungu.
"Saya pakai alat denger, jadi saya denger sedikit suara. Saya tau mereka mengejek-ngejek saya dari kartu yang ada di belakang tapi saya tetap jaaga etika saya sebagai driver," jelasnya.
Ada juga momen saat mengetahui penumpang mengetahui ia sebagai tunarungu, tiba-tiba pesanan di cancel. Lalu kejadian penumpang tidak melihat keteranganya tidak bisa mendengar, sehingga terjadi miskomunikasi, akibat Ivan tidak mendengar arahan penumpang.
Terlepas dengan beragam kejadian itu, melalui sebagai driver saja Ivan bisa mengantongi pemasukan terbesar hingga Rp 11 juta per bulan, sebagai driver grabcar.