Menguak Fakta Disfungsi Seksual pada Perempuan

Selasa, 03 Desember 2019 | 15:36 WIB
Menguak Fakta Disfungsi Seksual pada Perempuan
Ilustrasi pasangan mengalami disfungsi seksual. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Membahas tentang gangguan fungsi seksual memang masih menjadi hal yang tabu di masyarakat. Apalagi tentang disfungsi seksual pada perempuan.

Namuan, pada kenyataannya, ada sejumlah fakta yang tak terungkap tentang disfungsi seksual pada perempuan. Fakta itu menunjukkan bahwa kondisi tersebut sangat membutuhkan pertolongan medis. Kepada Suara.com, dr. Ni Komang Yeni, SpOG dari Bamed Women's Clinic, mengungkap fakta disfungsi seksual pada perempuan.

Sekitar 90 persen enggan mengakui

Hasil penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta (2018) menemukan sebesar 90% dari 300 perempuan yang disurvei pernah mengalami disfungsi seksual. Hasil ini cukup mengejutkan. Namun hanya 6% dari perempuan tersebut yang mengakui dirinya merasa terganggu akibat disfungsi seksual.

Baca Juga: Jangan Lagi Tabu soal Seks, Dokter : Konsultasi Jika Ada Disfungsi Seksual

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar perempuan Indonesia masih enggan mengakui, apalagi mengungkapkan kepada pasangan atau bahkan mencari pertolongan medis, atas kondisi gangguan seksual yang mereka alami.

Ada 4 kelompok disfungsi seksual

Disfungsi seksual dibagai menjadi 4 kelompok besar, yaitu gangguan libido atau hasrat seksual, gangguan orgasme, ganggun rangsangan seksual, dan nyeri saat berhubungan seksual. Disfungsi seksual dapat dialami oleh pria maupun perempuan dewasa.

Berdasarkan laporan saat ini semakin banyak pasangan usia muda mengalami disfungsi seksual. Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa disfungsi seksual adalah hal yang umum (dilaporkan terjadi pada 43% perempuan dan 31% pria).

Perempuan bisa mengalami beberapa disfungsi seksual sekaligus

Seorang perempuan bisa mengalami satu atau beberapa jenis disfungsi seksual sekaligus dalam waktu bersamaan. Gangguan ini dapat terjadi sejak perempuan mulai aktif secara seksual atau baru muncul di kemudian hari meskipun sebelumnya tidak ada masalah.

Baca Juga: Disfungsi Seksual, Minum Cuka Apel Saja!

Disfungsi seksual pada perempuan bisa terjadi pada saat kadar hormon berubah, hal ini biasanya terjadi pada saat kehamilan, setelah melahirkan, atau saat menyusui. Selain itu, juga terjadi saat menopause, saat kadar hormon estrogen mulai menurun yang akan memicu perubahan pada jaringan di organ kelamin serta respon terhadap rangsangan seksual.

“Hingga saat ini belum ada angka prevalensi yang pasti mengenai disfungsi seksual di Indonesia. Merasa nyaman adalah kunci dari keberhasilan berhubungan seksual bagi seorang perempuan normal,” ungkap dokter Yeni.

Banyak faktor yang terlibat dalam kasus vaginismus dan disfungsi seksual secara luas. Penyebab penyakit ini juga bersifat multifaktorial, sehingga diperlukan kejelian para dokter untuk menanganinya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI