Alami Serangan Panik, Ternyata Wanita ini Punya Tumor Otak Sebesar Apel!

Selasa, 03 Desember 2019 | 11:55 WIB
Alami Serangan Panik, Ternyata Wanita ini Punya Tumor Otak Sebesar Apel!
Ilustrasi perempuan melakukan pemeriksaan tumor otak. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Serangan panik biasanya dianggap sebagai bagian dari gangguan psikis. Tetapi, Catherine Wilcockson menyarankan agar orang tidak mengabaikan serangan panik karena bisa jadi tanda penyakit serius.

Catherine Wilcockson (36), seorang ibu 3 anak itu mengaku sering mengalami gejala serangan panik. Setelah diperiksa ternyata ia memiliki tumor otak seukuran buah apel.

Sebelumnya, Catherine Wilcockson mengaku mudah merasa lelah selama setahun terakhir. Tetapi, ia mengira itu hanya kelelahan biasa.

Akhirnya Januari 2019, Catherine mulai mengalami serangan panik saat bermain dengan putrinya. Ia pun langsung pergi ke dokter karena mengira menderita derelisation dan diberi obat antidepresan.

Baca Juga: Mengenal Gejala Gangguan Panik, Ketahui 5 Faktanya!

Tetapi, Catherine terus mengalami serangan pank karena obat tersebut tidak berpengaruh pada kondisinya. Beberapa bulan kemudian, Catherine mengalami kejang hingga terjatuh dan mengenai kepala putrinya.

Catherine pun segera dibawa ke rumah sakit umum menggunakan ambulans. Setelah CT scan, terungkap bahwa Catherine memiliki tumor sebesar buah apel di otaknya.

Ilustrasi kanker atau tumor otak. (Shutterstock)
Ilustrasi kanker atau tumor otak. (Shutterstock)

Wanita 36 tahun itu pun meyakini bahwa tumor otaknya sudah ada sejak masih anak-anak. Karena, Catherine teringat bahwa orangtuanya sudah menduga ia memiliki tumor otak di awal usia 20 tahun.

Beruntungnya, ahli bedah masih bisa mengangkat sebagai tumor otaknya. Tetapi, tumor tersebut masih berisiko tumbuh kembali. Kini, Catherine pun harus menunggu kemoterapi kedua.

"Saya pergi ke dokter bulan Januari dan saya menjelaskan kondisiku yang saya pikir hanya derelisation. Dokter memberikan obat antidepresan tetapi tidak bekerja sampai saya harus cuti selama 3 minggu di bulan Januari," ujar Catherine dikutip dari metro.co.uk.

Baca Juga: Peneliti Ungkap Kolesterol Tinggi pada Bayi Baru Lahir Pengaruhi Psikologi

Catherine mengatakan bahwa dosis obatnya sempat ditingkatkan karena masih mengira serangan paniknya merupakan gejala derelisation. Karena tak kunjung baik, Catherine merasa dokter perlu pemindaian lebih lanjut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI