Suara.com - McKennah Carter, seorang wanita 20 tahun mengalami flu disertai sakit kepala tanpa henti. Setelah diperiksa, ternyata Carter memiliki 5 tumor sekaligus di otaknya.
Sebelumnya, McKennah Carter pernah didiagnosis kanker kulit melanoma tahap satu pada 2017 silam. Saat itu ia sudah menghilangkan tahi lalat ganas di punggungnya.
Carter pun mengira sudah terbebas dari kanker kulitnya setelah operasi. Hal itu karena dokter mengatakan telah mengambil akar penyebab kanker sebelum menyebar ke organ tubuh lain.
"Saya didiagnosis kanker melanoma tahap satu pada 2017 setelah saya menemukan tahi lalat sebagai ciri kanker di punggung. Pada saat itu saya diberi tahu bahwa peluangnya kanker kembali kumat tidak ada. Jadi saya tidak mengkhawatirkannya," ujar Carter, dikutip dari Daily Mail.
Baca Juga: Studi Mengungkap Kepanikan saat Ponsel Diambil Bisa Jadi Gejala Kecanduan
Namun setahun kemudian, Carter mulai mengalami gejala migrain dan flu selama sebulan penuh. Ia pun curiga bahwa terjadi sesuatu dengan kondisi kesehatannya.
Akhirnya, Carter memutuskan pergi ke rumah sakit dan melakukan MRI. Ternyata hasil pemindaian menunjukkan ada lima tumor di otaknya dan paling besar berukuran 2,54 cm.
Pemindaian CT scan berikutnya juga menemukan kanker itu telah menyebar ke hati, paru-paru, dan tulangnya. Carter kembali didiagnosis kanker kulit stadium empat dengan jenis paling mematikan dan telah menyebar dari tahi lalat ke punggungnya.
"Hampir setahun berlalu, saya melakukan MRI otak dan menemukan ada 5 tumor otak," ujarnya.
Hasil CT scan dan biopsi mengungkapkan bahwa kanker tidak menyebar ke otak saja, tetapi juga hati, paru-paru, tulang hingga kelenjar getah bening.
Baca Juga: Ini Dia Prejaru, Alat Penolong Serangan Jantung Karya Mahasiswa UMP
Carter pun mulai menjalani pengobatan radioterapi untuk membunuh sel-sel kanker setelah didiagnosa. Tetapi, kondisinya semakin memburuk.
Akhirnya, Carter menjalani operasi otak pertamanya untuk mengangkat tumor. Dua bulan kemudian, ia kembali melakukan operasi kedua untuk menghilangkan satu tumor yang menekan saraf optiknya sehingga memengaruhi penglihatan.
Sayangnya beberapa bulan keudian, dokter mengatakan bahwa perawatan yang dijalaninya tidak berhasil membuat tumor berhenti berkembang. Jadi, Carter harus siap jika kondisinya semakin memburuk.
"Pertama kalinya saya merasa benar-benar akan mati. Saya tidak pernah merasa serapuh ini dalam hidup," ujarnya.
Upaya terakhir, Carter melakukan uji klinis terapi limfosit infiltrasi tumor (TIL) pada bulan Oktober. Perawatan ini melibatkan pengangkatan sel T pasien, yakni sel yang melawan kanker dan dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh dan menumbuhkannya dalam jumlah besar di laboratorium.
Setelah 2 minggu, sel kembali dipindahkan ke dalam tubuh pasien. Sel T dalam jumlah tinggi dipercaya lebih kuat melawan tumor agresif.