Ini Dia Prejaru, Alat Penolong Serangan Jantung Karya Mahasiswa UMP

Ade Indra Kusuma Suara.Com
Sabtu, 30 November 2019 | 15:05 WIB
Ini Dia Prejaru, Alat Penolong Serangan Jantung Karya Mahasiswa UMP
Prejaru [Instagram]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ini Dia Prejaru, Alat Penolong Serangan Jantung Karya Mahasiswa UMP

Phantom Resustensi Jantung Paru (PREJARU), yang merupakan alat penolong serangam jantung karya Tim mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) berhasil meraih juara dua dalam rangkaian National Inovation Sains Expo di Bandung.

Karya tersebut dibuat oleh tiga mahasiswa yakni Runi Pramesti Putri, Sahrul Munir, dan Aprilia Widyawati.

“Kali ini kami mengangkat inovasi mengenai Phantom Resustensi Jantung Paru (PREJARU) dan bersaing dengan 64 tim lainnya,” kata ketua tim dari UMP, Runi Pramesti seperti mengutip Satelitpost.

Baca Juga: Sudah Pasang Ring, Bisakah Pasien Terkena Serangan Jantung Lagi?

Menurutnya, henti jantung merupakan serangan yang mematikan, sehingga membutuhkan penanganan cepat, tanggap, dan kemampuan penolong yang terlatih.

Penatalaksanaan pada kondisi ini yang paling tepat dengan melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

TIM mahasiswa UMP pembuat PREJARU berfoto saat mendapatkan hadiah dan trofi juara 2 dalam ajang National Inovation Sains Expo di Bandung [dok ist / satelitpost.com]
TIM mahasiswa UMP pembuat PREJARU berfoto saat mendapatkan hadiah dan trofi juara 2 dalam ajang National Inovation Sains Expo di Bandung [dok ist / satelitpost.com]

“Pelatihan RJP membutuhkan phantom, maka dari itu tim membuat inovasi PREJARU sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan masyarakat tentang RJP dan pertolongan sejak dini kepada orang henti jantung,” katanya.

PREJARU, kata dia, dibuat dengan desain bentuk tubuh manusia, untuk mudah dipelajari dan dipahami oleh masyarakat. Penggunaan PREJARU sendiri untuk memudahkan orang awam belajar RJP. Sehingga ketika terjadi peristiwa henti jantung masyarakat sudah paham teknik untuk melakukan RJP dan dapat memberikan bantuan hidup dasar kepada orang yang terkena henti jantung.

Satu anggota tim, Agung mengatakan, ide pembuatan PREJARU muncul dan direncanakan sudah lama, namun baru dapat direalisasikan tahun 2018 kemarin. “Awalnya kita masukin ke PKM-K sebagai proposal yang nantinya akan didanai Dikti, tetapi sebelum ada pengumuman kita masukan proposal ini juga ke event yang lain. Supaya selain mendapat peluang yang lebih besar juga pengalaman yang lebih banyak,” ujarnya.

Baca Juga: Cecep Reza Meninggal saat Tidur, Kenali Serangan Jantung Diam!

Sementara itu, dosen pembimbing tim membhat PREJARU, Ns Endiyono SKep MKep mengatakan cardiac arrest atau henti jantung ditandai dengan penurunan kesadaran, tidak adanya respon nyeri dan disertai tidak adanya nadi dan napas. Menurutnya, jika kondisi tersebut dibiarkan terlalu lama, dapat menimbulkan kematian sehingga perlu tindakan yang tepat untuk mencegah terjadinya kematian.

“Penatalaksanaan pada kondisi tersebut yang paling tepat adalah dengan melakukan resusitasi jantung paru (RJP). RJP  merupakan salah satu yang mendasari bantuan hidup dasar dan dapat bervariasi dalam pendekatan optimal terhadap RJP, tergantung pada penolong, korban dan sumber daya yang tersedia,” katanya.

Akan tetapi, kata dia, ada hal-hal mendasar yang tidak mengalami perubahan, yakni bagaimana melakukan RJP segera dan efektif. RJP diawali dengan kompresi dada yang terdiri atas kegiatan penekanan terhadap bagian bawah sternum (tulang dada) yang teratur.

“Kompresi penekanan dada ini menghasilkan aliran darah serta pengantar oksigen ke otot miokardium dan otak karena adanya peningkatan tekanan intrathorax serta penekanan secara langsung pada jantung. Oleh karena itu, kompresi dada yang efektif sangat penting untuk menciptakan aliran darah selama RJP,” katanya.

Ia mengatakan perlu dilakukan penekanan yang keras dan cepat untuk menghasilkan kompresi dada yang efektif. Yakni dengan kecepatan 100-120 kali per menit dan kedalaman 5-6 centimeter serta harus dibiarkan dada kembali sempurna. Menurut dia, hal itu untuk menghasilkan pengisian jantung secara lengkap sebelum kompresi dada berikutnya, namun penolong juga harus meminimalkan interupsi terhadap kompresi dada untuk memaksimalkan jumlah kompresi yang diberikan per menitnya.

Pencapaian Tim Mahasiswa ini menjadi sebuah kebanggaan bagi UMP khususnya Fikes UMP dengan diraihnya juara 2 nasional ini. Dengan prestasinya, ketiga mahasiswa tersebut akan melakukan uji tanding dengan negara terbaik di dunia pada 2020 mendatang di Kuwait.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI