Untuk mengukur tingkat kebahagiaan di setiap kota, Zheng dan rekannya menganalisis dan menelaah 120 juta postingan di platform Sina Weibo yang diunggah dari Maret-November 2014.
Dari data tersebut dapat diketahui dari mana postingan berasal serta emosi yang dirasakan, apakah sedih atau bahagia. Selanjutnya, hal itu akan dicocokkan dengan indeks kualitas udara harian di wilayah setempat.
Dari analisis yang dilakukan, peneliti menemukan korelasi yang jelas antara dampak dari polusi udara dengan tingkat kebahagiaan masyarakat.
Dampak emosional polusi udara
Baca Juga: Cerita Dari Dusun Winong yang Terancam Hilang Terdampak Polusi PLTU
Hasil penelitian menunjukkan pada hari-hari dengan tingkat polusi yang relatif lebih tinggi, tingkat kebahagiaan menjadi lebih rendah. Sumber polusi udara yang memengaruhi kebahagiaan di wilayah penelitian adalah penggunaan kendaraan bermotor, aktivitas industri, dan pembakaran batu bara.
Udara yang tercemar memicu seseorang melakukan tindakan impulsif yang berisiko. Seseorang akan membuat keputusan berdasarkan alasan yang tidak rasional yang kemudian akan segera disesalinya. Dampak dari polusi udara seperti ini selanjutnya akan menimbulkan gangguan kecemasan jangka pendek dan depresi.
Dalam studi tersebut juga disebutkan bahwa perempuan merasakan dampak dari polusi udara yang lebih signifikan dibandingkan laki-laki. Penurunan kualitas udara sangat memengaruhi kebahagiaan perempuan.
Meskipun penelitian yang menunjukan adanya pengaruh polusi udara pada penurunan kebahagiaan ini telah dilengkapi hasil penelitian lain yang mendukung, tetap diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji kesimpulan tersebut.
Menghindari dampak dari polusi udara
Baca Juga: Boleh Dicoba, Usir Racun Akibat Polusi Udara dengan Brokoli
Dengan mengetahui bahwa polusi udara memiliki dampak negatif terhadap kesehatan fisik maupun psikologis seseorang, setidaknya Anda lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan dan lebih waspada akan bahayanya.