Alergi Air, Gadis Ini Demam hingga Migrain saat Berkeringat dan Menangis

Kamis, 28 November 2019 | 14:05 WIB
Alergi Air, Gadis Ini Demam hingga Migrain saat Berkeringat dan Menangis
Tubuh gatal dan dipenuhi ruam . (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tessa Hansen-Smith menderita alergi langka, yaitu alergi terhadap air. Jadi, ketika ia menangis, berkeringat atau mandi, tubuhnya akan penuh dengan ruam menyakitkan.

Tidak hanya ruam, Hansen-Smith juga akan menderita migrain dan demam dalam beberapa menit setelah kontak dengan air.

Berdasarkan Daily Mail, gadis yang masih berusia 21 tahun ini menderita aquagenic urticaria, suatu kondisi yang diperkirakan memengaruhi kurang dari 100 orang di seluruh dunia.

Alergi ini membuatnya tidak bisa berolahraga. Bahkan, ia hanya akan mandi sebanyak dua kali dalam sebulan dan merasa tidak nyaman ketika meminum seteguk air.

Baca Juga: Berbulan-bulan Sulit Bernapas, Ternyata Pria Ini Alergi Selimutnya Sendiri

"Ini adalah kondisi sangat sulit untuk dimiliki, karena saya bahkan alergi terhadap air mata, air liur dan keringat saya sendiri," tutur Hansen-Smith.

Ruam [HxBenefit]
Ruam [Shutterstock]

Ia pun mengaku akan mengalami kelemahan pada ototnya dan mual, umumnya ini terjadi setelah Hansen-Smith mengonsumsi makanan yang kaya akan air.

"Bahkan air minum dapat menyebabkan luka di lidah saya," tambah Hansen-Smith.

Ia pertama kali didiagnosa dengan aquagenic urticaria saat usia 10 tahun. Tetapi pertama kali menunjukkan gejalanya pasa usia 8 tahun ketika ia terlalu sering membuat tubuhnya penuh dengan ruam merah.

Awalnya orangtua Hansen-Smith, yang berprofesi sebagai dokter, curiga anaknya alergi terhadap sampo atau sabun tertentu.

Baca Juga: Awalnya 'Alergi', Ini Alasan Gofar Hilman Akhirnya Boyong Toyota Alphard

Dia pun menjalani beberapa pemeriksaan untuk mengetahui alergen.

Ilustrasi orang sedang berkeringat (Shutterstock).
Ilustrasi orang sedang berkeringat (Shutterstock).

Ketika ibunya memberinya obat alergi, kondisinya makin parah. Sehingga obat tersebut tidak lagi menyembuhkan seperti dahulu.

Ibunya pun sadar bahwa putrinya menderita kondisi langka, sehingga informasi tentang perawatan dan pengobatan kondisi ini pun terbatas.

Hansen-Smith pun akhirnya mengonsumsi 9 antihitamin tablet per hari untuk meringankan gejala alerginya.

"Aku terus menerus mengingatkan (diriku sendiri) bahwa aquagenic urticaria tidak ada obatnya dan aku tidak akan benar-benar sembuh. Terkadang ini adalah hal yang menyakitkan," tandas Hansen-Smith.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI