Pengguna Vape Unggah Hasil Rontgen Parunya Sehat, Ini Tanggapan Dokter

Rabu, 27 November 2019 | 08:02 WIB
Pengguna Vape Unggah Hasil Rontgen Parunya Sehat, Ini Tanggapan Dokter
Ilustrasi foto rontgen paru-paru. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Bukan hanya jumlah pengidapnya yang semakin tinggi, beban biaya yang diakibatkan oleh PPOK juga terbilang tak murah.

Dijelaskan oleh Prof. Dr. dr. Faisal Yunus Sp.P(K) saat ditemui dalam acara konferensi pers menyambut Hari Penyakit Obstruktif Kronik Sedunia di Jakarta, beban ekonomi akibat penyakit PPOK di Amerika Serikat sangat tinggi.

Hanya saja belum ada angka pasti beban ekonomi akibat PPOK di Indonesia. Beban sendiri masuk dalam dua kategori, yaitu beban ekonomi langsung dan tidak langsung.

Beban ekonomi langsung dilihat dari biaya pengobatan seperti obat dan rawat inap yang harus dikeluarkan keluarga pasien PPOK.

Baca Juga: Waspadai 6 Penyakit Lain yang Muncul Akibat Idap Penyakit Paru Kronis

Misal, tambahnya, ada obat PPOK yang dijual seharga Rp 1 juta untuk satu bulan saja. Apalagi PPOK berbeda dengan masalah asma di mana pasien PPOK biasanya akan menjalani rawat inap lebih lama serta mengonsumsi obat seumur hidup.

Sementara beban ekonomi tidak langsung adalah ketidakmampuan pasien PPOK untuk bekerja akibat kehilangan pekerjaan karena sakit.

"Itu kenapa di negara maju, mereka melarang rokok karena tahu beban biaya sangat tinggi. Apalagi sekali PPOK, sumur hidup harus pakai obat," tutup Profesor Faisal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI