Suara.com - Goo Ha Ra Meninggal, Ini Penyebab Keinginan Bunuh Diri dan Cara Atasinya
Penyanyi dan mantan anggota girlband KARA, Goo Ha-Ra ditemukan meninggal di kediamannya pada Minggu (24/11/2019) pukul 18.00 waktu setempat dengan dugaan bunuh diri. Padahal beberapa hari sebelum meninggal, Hara sempat mengunggah swafoto sedang tiduran di kasur dengan keterangan "Selamat tidur" dalam tulisan hangul.
Saat ini postingan tersebut sudah dikomentari lebih dari 100.000 komentar yang bersedih dan kaget atas berita kematiannya.
Sebelumnya Goo Hara pernah dikabarkan mencoba bunuh diri pada Mei 2019. Ketika itu, sang manajer menemukan Goo Hara dalam keadaan pingsan dan segera membawa ke rumah sakit. Hara dikabarkan menderita depresi akibat mantan pacarnya Choi Jong Bum yang melakukan revenge porn. Jong Bum dinyatakan bersalah atas kejahatan terhadap Hara yang menyangkut kerusakan properti, serangan fisik, ancaman, dan pemaksaan. Sayangnya mengenai revenge porn, Jong Bum dinyatakan tidak bersalah.
Baca Juga: Fans Goo Hara Diberi Kesempatan untuk Berikan Penghormatan Terakhir
Kasus ini cukup mengagetkan penggemar, khususnya setelah sahabat Goo Hara terlebih Choi Jin-ri atau yang lebih dikenal dengan nama Sulli, ditemukan tewas dengan dugaan bunuh diri juga.
Hal ini penting untuk dikaitkan bagaimana tindakan mengambil keputusan bunuh diri bisa terjadi terhadap seseorang dan bagaimana mencegahnya.
Pasalnya, ingin menyerah pada hidup ketika seseorang yang dekat dengan Anda telah meninggal atau ketika Anda mengalami perpisahan yang buruk dari sebuah hubungan kerap terjadi. Tapi ketahuilah berikut alasan penyebab dari perasaan tersebut dan ini yang harus Anda lakukan dilansir Hello Sehat.
Penyakit kejiwaan
Gangguan mental dianggap salah satu penyebab paling umum dari bunuh diri. Salah satu gejala yang terjadi umumnya pada berbagai kondisi kejiwaan adalah merasa tertekan. Kondisi mental tersebut meliputi gangguan bipolar, kecemasan, depresi dan skizofrenia.
Baca Juga: Diduga Depresi, Ini 5 Fakta Soal Percobaan Bunuh Diri Goo Hara
Ketika Anda dan dokter Anda berjuang untuk menemukan pengobatan yang dapat efektif mengobati kondisi mental Anda, Anda mungkin merasa tak berdaya dan takut bahwa Anda mungkin tidak pernah merasa normal lagi. Tapi Anda jangan berhenti untuk mencari pertolongan dan penyelesaian kondisi tersebut karena kondisi mental bisa dilewati dan diobati.
1. Pengalaman traumatis
Ketika Anda melalui pengalaman traumatis, Anda mungkin merasa malu berat atau bersalah dan dapat menyebabkan pikiran bunuh diri. Pengalaman traumatis tersebut meliputi peperangan, kekerasan fisik atau seksual. Anda dapat mengembangkan kondisi yang disebut post traumatic stress disorder (PTSD), yang ditandai dengan kilas balik atau terhalangnya kenangan terkait pengalaman traumatis. PTSD dapat menyebabkan kecemasan intens yang dapat mengganggu kehidupan normal. Hal ini dapat menyebabkan munculnya pikiran keputusasaan, tapi dengan terapi dan penanganan yang tepat bisa cukup membantu Anda melewatinya.
2. Bullying
Bullying memiliki efek mendalam pada cara seseorang berpikir dan bagaimana mereka merasa, terlepas dari seberapa sering dan metode bully apa yang digunakan. Jika Anda di-bully, Anda mungkin merasa sangat tertekan, tidak berharga, dan putus asa bahwa situasi Anda akan berubah.
Perkembangan teknologi menciptakan fenomena yang disebut “cyber bullying,” di mana korban diintimidasi secara online, sering kali bahkan oleh orang-orang yang mereka kenal. Hal ini biasanya terjadi di situs media sosial, komentar di situs web, dan berbagai blog yang bertujuan untuk merusak reputasi Anda dan membuat Anda merasa malu. Tapi penting untuk tidak menanggapinya dan bersikap tangguh serta menunjukkan kemampuan diri adalah solusinya. Anda harus bangkit.
3. Kecanduan narkoba atau penyalahgunaan zat adiktif
Jika Anda kecanduan obat atau penyalahgunaan obat atau alkohol secara konsisten, inilah saatnya bagi Anda untuk berhenti. Ada bukti kuat bahwa kecanduan narkoba atau penyalahgunaan zat dapat membuat Anda menjadi tertekan. Meski obat-obatan atau alkohol dapat memberikan bantuan jangka pendek terhadap rasa sakit, itu tidak membantu memecahkan masalah dalam kehidupan nyata Anda.
Obat-obatan dan alkohol dapat mengubah fungsi otak dan neurotransmitter, sehingga menyebabkan depresi yang mendalam. Anda mungkin merasa tak berdaya untuk mengatasi kecanduan yang Anda hadapi. Gejala kecanduan dan “sakaw” bisa menyakitkan dan tak tertahankan. Pada saat itulah, bunuh diri terasa seperti cara terakhir untuk keluar dari perangkap candu.
4. Masalah dalam hubungan
Masalah dalam hubungan, misalnya, berada dalam hubungan yang kasar, tidak merasa dihargai, atau baru mengalami perpisahan, dapat menjadi tantangan besar dalam hidup. Hal ini terutama berlaku dalam hubungan percintaan. Masalah dalam hubungan asmara dapat menyebabkan perasaan depresi lebih dalam, kecemasan, rasa bersalah, dan panik. Masalah dalam hubungan juga dapat menyebabkan banyak rasa sakit emosional dan menenggelamkan Anda dalam pikiran untuk bunuh diri. Merasa takut kesepian atau terisolasi, cenderung membuat Anda rela untuk bergabung dengan kelompok teman-teman yang membawa pengaruh buruk, atau mencari bantuan dari obat-obatan dan alkohol. Jika sudah menyadari hal ini, saatnya keluar dan memulai semuanya dari awal untuk dicintai dan mencintai dengan menyembuhkan kondisi stres atau depresi tersebut dengan menemui psikiater, psikolog.
Ingatlah, perasaan ini akan segera berlalu
Bila Anda tidak bisa mengatasi rasa sakit emosional Anda, Anda mungkin merasa putus asa dan ingin bunuh diri. Tapi penting untuk mengetahui bahwa rasa sakit adalah bagian tak terhindarkan dari kehidupan. Setiap orang dapat mengatasi rasa sakit sampai batas tertentu, tapi rasa sakit emosional yang kuat dapat menyebabkan pikiran untuk bunuh diri. Memahami apa yang menyebabkan pikiran untuk bunuh diri muncul akan membantu Anda keluar dari masalah tersebut dan mendapatkan kontrol kembali.
Jika Anda memiliki pikiran tersebut, konsultasikan dengan dokter, psikiater, psikolog untuk membantu mencari cara bagi Anda dalam mengatasi rasa sakit dan mencegah bunuh diri.