Suara.com - Darurat Sampah, Indonesia Butuh PLTSA Segera
Penanganan masalah sampah, tak hanya berkaitan erat dengan masalah lingkungan hidup namun juga kesehatan masyarakat.
Sayangnya, Ketua Indonesia Solid Waste Association (InSWA), Ir. Sri Bebassari, M.Si mengungkap, kegiatan pengelolaan sampah untuk kota-kota besar seperti Jakarta sudah dalam kondisi darurat.
"Apalagi Jakarta tidak memiliki TPA. Sampah juga masih menjadi penyebab utama masalah banjir. Belum lagi tertutupnya permukaan kali di kawasan Bekasi, Jawa Barat, serta masalah sampah di Bandung yang juga sudah masuk dalam kondisi darurat," ungkapnya dalam siara pers yang Suara.com terima.
Baca Juga: Bisa Jadi Uang, Sampah Popok Jangan Dibuang Sembarangan Ya!
Untuk itulah, kata dia pengelolaan sampah di Indonesia perlu dipacu secara cepat dan tepat, mengingat volume sampah yang dihasilkan masyarakat di kota-kota besar meningkat pesat setiap harinya. Melihat hal tesebut, kata Sri, jasa pengelolaan sampah merupakan suatu investasi yang harus diterapkan di Indonesia.
Meski biaya untuk penanganan masalah sampah cukup tinggi, namun ini masih bisa diatasi dengan kebijakan yang dilakukan negara-negara seperti Singapura dan Jepang, dimana warganya membayar iuran untuk pengelolaan sampah.
"Di Singapura, satu rumah tangga membayar sekitar 200 ribu rupiah setiap bulan, maka tidak heran sampah bisa dikelola dengan sangat baik. hal ini juga bisa diterapkan di kota-kota besar di Indonesia," jelas Sri.
Besarnya dana yang dibutuhkan ini, lanjut dia, bergantung pada volume sampah yang akan diolah dan teknologi yang diterapkan. Selain itu, agar pengelolaan sampah di Indonesia bisa lebih baik, hal ini juga harus ditangani oleh pihak-pihak yang berkompeten dengan sampah sehingga hasilnya memuaskan.
“Jangan sampai ada pihak yang baru memiliki sedikit pengetahuan soal sampah tapi sudah bicara seolah-olah sangat paham soal sampah. Masalah ini harus ditangani oleh pihak yang sangat kompeten karena soal sampah itu cukup rumit," jelasnya lagi.
Baca Juga: Robot Pembersih Sampah Sungai
Nantinya, kata perempuan yang sudah puluhan tahun bergelut dengan masalah sampah, keberhasilan penanganan masalah sampah juga akan berdampak positif bagi sektor lainnya.
Salah satunya adalah dengan menjadikan sampah bahan bakar bagi pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSA) dan kompos untuk kegiatan pertanian dan perkebunan.
PLTSA sendiri dinilai cocok untuk diterapkan di Indonesia sebagai salah satu alternatif sumber energi. Apalagi, kata dia, hal ini sudah sejalan dengan komitmen pemerintah yang sedang terus berupaya mencari sumber energi terbarukan.
Saat ini, pemerintah melalui PLN memang tengah mempersiapkan diri mencapai bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025.
Ini guna menjadi alternatif dari penggunaan sumber energi yang selama ini sebagian besar berasal dari minyak bumi. Kemunculan sumber energi baru bisa mengatasi ketergantungan Indonesia atas impor minyak bumi yang masih tinggi.
Saat ini PLN gencar melakukan kampanye yang disebut EcoMoving yaitu perubahan gaya hidup dalam penggunaan alat transportasi, dengan mendorong masyarakat menggunakan transportasi masal yang menggunakan green energy seperti MRT (Mass Rapid Transport), KRL (Kereta Listrik), LRT (Light Rail Transit), bus listrik atau menggunakan kendaraan yang berbahan bakar green energy seperti mobil listrik dan sepeda listrik.